Usaha Warga Mundu Klaten, Manfaatkan Limbah Kotoran Sapi untuk Menuju Desa Mandiri Energi
Kisah sukses warga Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas untuk menuju Desa Mandiri Energi.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
Termasuk denah instalasi biodigester juga telah disiapkan LPTP.
"Bahkan sampai ke detail masalah kecil, seperti membersihkan kompor diajari dari LPTP," katanya.
Perlahan tapi pasti, sejumlah warga lain mulai tertarik untuk mengembangkan hal serupa.
Mereka menilai, usaha pengembangan biogas di Desa Mundu dirasa memberikan banyak manfaat.
Selain bisa menjadi energi alternatif pengganti elpiji, biogas juga bisa menjadi pengganti energi listrik untuk menyalakan lampu.
Yang tak kalah penting, masalah terkait pengolahan limbah kotoran sapi juga teratasi.
Untuk membangun instalasi biodigester, menurut Teguh, juga tak perlu membutuhkan tempat yang luas.
Pasalnya, hampir sebagian besar instalasi dibangun di bawah permukaan tanah.
Berawal dari lima anggota kelompok tani ternak, kini sudah ada 60 rumah di Desa Mundu yang menggunakan biogas sebagai bahan bakar untuk memasak.
Lokasinya pun tak hanya di Dukuh Dungus, tapi tersebar di beberapa dukuh, misalnya Asri Kadang, Salaman, Kwarangan, Gatak, Kebonpakel, hingga Gawe Rejo.
"Tetap yang paling banyak adalah di Dukuh Dungus, hampir 2/3 di sini," kata Teguh.
Untuk pendanaan, sebagian besar warga menggunakan skema yang sama, yaitu arisan biogas.
Pria kelahiran 1974 itu tak menampik, keberhasilan lima anggota arisan biogas pertama yang diinisiasinya menjadi contoh warga lain.
"Karena dilihat-lihat memang lebih banyak manfaatnya. Yang pertama, mengurangi biaya operasional rumah tangga karena masyarakat tidak perlu lagi membeli gas elpiji."
"Yang kedua, kandang sapi menjadi lebih bersih dan sanitasinya jauh lebih lancar. Yang ketiga lebih aman, misalnya tidak ada masalah kebocoran tabung gas," kata Teguh.
Manfaat lain, sumber energi alternatif ini bisa diperoleh secara gratis melalui hewan ternak mereka.
Tak hanya itu, masyarakat juga dilibatkan untuk ikut serta membangun biodigester sebagai tukang.
Proses Pengolahan
Teguh menjelaskan, proses pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas di Desa Mundu, sangatlah sederhana.
Kotoran ternak yang ada di kandang dimasukkan ke dalam lubang pencampur dan diaduk, lalu masuk ke dalam kubah.
Di dalam kubah inilah, proses fermentasi untuk menghasilkan gas terjadi.
Gas hasil pengolahan tersebut akan dialirkan ke rumah melalui pipa kecil dan bisa langsung dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak.
Sementara itu, ampas dari hasil pengolahan biogas (bio-slurry) akan masuk ke kolam output dan tidak dibiarkan begitu saja.
Ampas tersebut masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman mereka atau dijual ke pihak luar.
Bio-slurry ini tidak berbau, tidak mengandung penyakit, bahkan kaya nutrisi dan manfaat.
"Untuk yang padat, biasanya kami pakai sebagai pupuk organik di sawah."
"Sementara yang cair, dikemas dalam satu wadah dan dijual ke pihak luar, satu di antaranya dijual sebagai pupuk tanaman bawang merah di Karanganyar," kata Teguh.
Teguh juga menjelaskan, hasil biogas yang diperoleh dari pengolahan tersebut, sangat beragam tergantung seberapa besar volume atau ukuran biodigester yang dibangun.
Umumnya, warga membangun biodigester dengan volume 6 meter kubik dan 8 meter kubik.
"Kalau volumenya 6 meter kubik, (biogas) bisa dimanfaatkan untuk satu rumah dengan anggota keluarga sebanyak 1-6 orang. Sementara yang 8 meter kubik, bisa untuk dua rumah," katanya.
Menurut Teguh, untuk pengisian awal membutuhkan lebih banyak kotoran sapi agar bisa menghasilkan gas.
Itu pun biogas tidak akan langsung keluar, baru berupa embun air dan hal tersebut wajar.
Dua atau tiga hari kemudian, barulah biogas keluar dan bisa segera dimanfaatkan.
Pada tahap awal, api yang keluar akan dibarengi dengan bau, tapi hal itu tidak berlangsung lama.
"Setelah itu, bisa terus dapat dipakai," katanya.
Teguh menyarankan, agar setiap hari, biodigester diisi setiap hari untuk menghindari pengendapan dan biogas dapat digunakan setiap saat.
"Sebaiknya memang diisi setiap hari, semisal telat satu atau dua hari nggak masalah. Namun, kalau lama nggak diisi, kotoran akan mengendap. Mau tidak mau, kotoran harus diencerkan dan dikuras secara manual," ungkapnya.
Desa Mandiri Energi
Atas usaha memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas, Dukuh Dungus Desa Mundu pernah diganjar juara tiga dalam ajang Lomba Desa Mandiri Energi Tingkat Provinsi Jawa Tengah pada 2018.
Prestasi lain yang ditorehkan Desa Mundu adalah menjadi pelopor Kampung Mandiri Energi yang diberikan LPTP pada 2019.
Pengembangan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas juga tak lepas dari peranan dan dukungan pihak pemerintah desa.
Wujud dukungan tersebut, kata Teguh, mengalokasikan Dana Desa sebagai program pemberdayaan untuk membantu warga membangun biodigester.
Pasalnya, untuk membangun biodigester dibutuhkan dana sekira Rp 10 juta, meliputi pembelian material, instalasi, hingga membayar jasa tukang.
Diharapkan dengan adanya stimulan ini, akan semakin banyak warga yang tertarik untuk beralih ke biogas.
Jika perlu, kata Teguh, seluruh warga Desa Mundu akan menggunakan biogas sebagai bahan bakar alternatif sebagai perwujudan mandiri energi.
"Selain itu, pemanfatan biogas tidak hanya untuk aktivitas memasak, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain, misal menyalakan lampu," tutupnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.