Bantu Petani, Tanaman Eceng Gondok di DPSP Danau Toba akan Diolah Jadi Pupuk Organik
Pengolahan eceng gondok yang diproduksi menjadi pupuk cair dan padat ini dilakukan PT Mayora Indah, Tbk dengan menggandeng Institut Teknologi Del
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
"Cita- cita besar kita adalah menjadikan Danau Toba sebagai destinasi yang berkualitas. Dalam rangka itu, segala sesuatu yang menghambat kemajuan ke arah sana perlu kita cermati. Terkait dengan eceng gondok, memang kita lihat mengurangi estetika danau sehingga kami menyambut baik kerja sama yang dilakukan antara PT Mayora Indah, Tbk dan Institut Teknologi Del," kata Kosmas, dalam kesempatan terpisah.
Ia pun berharap kerja sama yang dilakukan terkait pengolahan eceng gondok menjadi pupuk ini dapat memperbaiki keindahan danau tersebut serta memberikan manfaat bagi para petani.
"Kami berharap program ini dapat meningkatkan estetika danau, sekaligus memberikan nilai tambah berupa pupuk organik kepada masyarakat," tegas Kosmas.
Perlu diketahui, eceng gondok yang awalnya adalah gulma ini nantinya akan diolah menjadi produk pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan para petani di daerah Toba.
Kerja sama pemanfaatan dan pengolahan eceng gondok ini pun turut didukung oleh Pemerintah Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara.
Saat ini, populasi eceng gondok memang terlihat mendominasi area perairan Danau Toba, sehingga mengurangi nilai estetika kawasan yang menjadi salah satu dari 5 destinasi wisata super prioritas di Indonesia itu.
Namun di sisi lain, eceng gondok merupakan jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan bagi sektor pertanian, karena mengandung unsur- unsur hara seperti 2,34 persen Nitrogen, 0,24 persen Phosphor dan 1,95 persen Potassium.
Selain itu, terkandung pula asam humat yang menghasilkan senyawa fitohara yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman.
Baca juga: SEDANG BERLANGSUNG TVRI Belajar dari Rumah untuk SMP: Materi Pesona di Balik Enceng Gondok
Kandungan inilah yang membuat eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi para petani.
Sementara itu, terkait kebutuhan pupuk masyarakat per satu musim tanam bisa mencapai 39.000 ton, hal ini tidak sesuai supply pupuk yang tersedia ternyata jauh dari angka itu, yakni hanya sebesar 10.000 ton.
Tidak hanya itu, terdapat pula disparitas harga pupuk kimia bersubsidi dengan non subsidi sehingga, program pemanfaatan eceng gondok ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan estetika Danau Toba saja, namun juga menyediakan pupuk organik dengan harga yang kompetitif bagi para petani.
Direktur PT. Mayora Indah, Tbk. Johan Muliawan mengatakan bahwa sebagai perusahaan nasional, pihaknya berkomitmen untuk selalu memberikan kontribusi positif.
Pihaknya melihat bahwa pemanfaatan eceng gondok sebagai pupuk organik dapat memberikan dua dampak positif,
yakni mengurangi populasi eceng gondok yang mencemari Danau Toba serta menjadikannya sebagai bahan baku pembuatan kompos yang akan diolah melalui proses dekomposisi, proses yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik.
"Kami melihat adanya masalah dan sekaligus solusi terkait isu eceng gondok yang populasinya memenuhi wilayah perairan Danau Toba. Oleh karenanya, bekerja sama dengan Institut Teknologi Del, kami akan membangun pabrik yang akan mengubah eceng gondok yang awalnya adalah gulma, menjadi pupuk organik bernilai untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian di sekitar Danau Toba," jelas Johan.