Launching Buku Panggung, Sosok, dan Seni: Catatan Jurnalistik Ardus M Sawega
Bentara Budaya akan menyelenggarakan peluncuran dan diskusi buku "Panggung, Sosok, dan Seni" di ISI Surakarta, Rabu (13/7/2022).
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Bentara Budaya akan menyelenggarakan peluncuran dan diskusi buku "Panggung, Sosok, dan Seni" di ISI Surakarta, Rabu (13/7/2022).
Buku "Panggung, Sosok, dan Seni" berisikan catatan jurnalistik Ardus M Sawega.
Acara akan diselenggarakan di Gedung Pasca ISI Surakarta pukul 10.00 WIB.
Pembicara yang akan hadir yaitu:
- Efix Mulyadi, Kurator Bentara Budaya
- Aton Rustandi Mulyana, Dosen Etnomusikologi ISI Surakarta
Sementara moderator adalah Albertus Rusputranto, Dosen Seni Rupa ISI Surakarta.
Baca juga: Pameran Homo: Jagad Owah Gingsir Mulai 6 hingga 13 Juli 2022, Memaknai Perubahan Lewat Karya
Tentang Ardus M Sawega dan Buku "Panggung, Sosok, dan Seni"
Ardus M Sawega merupakan wartawan yang memiliki perhatian lebih pada wilayah seni budaya.
Perhatian pada wilayah seni budaya tertanam dari dini, dikarenakan Ardus tinggal di Solo, sebuah kota yang cukup tua tempat berkembangnya seni budaya.
Kesenian memang wilayah yang kurang mendapat perhatian dari media mau pun wartawan.
Mereka yang berada dalam wilayah seni haruslah memiliki kecintaan lebih, tidak sekedar suka.
Keseriusan itulah yang ditunjukan Ardus melalui tulisan-tulisannya, dalam berbagai tulisan yang menampilkan kegiatan seni, atau tokoh seni, maka kita akan melihat kedalaman Ardus dalam mencoba memahami dan menampilkan pada publik.
Pada buku yang berjudul Panggung, Sosok, dan Seni ini terdapat kumpulan tulisan Ardus M Sawega dalam kurun waktu era 70-an sampai era 2000 –an.
Sebagai wartawan akan terasa tulisan Ardus tidak sekedar reportase semata, namun memberi gambaran yang dalam tentang tema tulisan.
Tulisan-tulisan tersebut memberikan gambaran tentang perkembangan seni budaya di Indonesia terkhusus Solo dengan segala kompleksitasnya.
Catatan ini menjadi penting, bukan saja sebagai dokumentasi, namun memberi gambaran kalau kesenian sering kali tidak terduga kehadirannya di masyarakat.
Dinamika yang muncul tentu saja tidak semata-mata dipotret lewat tulisan, ekosistem kesenian waktu itu memungkinkan Ardus mampu mencatat berbagai peristiwa.
Para seniman diuntungkan dengan kondisi kesenian berkat dukungan dari berbagai lembaga seperti Taman Budaya, Bentara Budaya, media-media seperti Kompas, juga kampus seni seperti ISI Surakarta yang awalnya fokus pada tari, pedalangan, dan karawitan.
Ekosistem inilah menjadi dukungan bagi Ardus untuk menghadirka banyak peristiwa ke tingkat nasional lewat tulisan, terutama tulisan di Kompas.
(Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.