Sekolah Penggerak di SMPN 1 Banjarmasin Diharapkan Meningkatkan Kualitas Pendidikan Berkelanjutan
Hingga 2022, Kemendikbudristek telah merealisasikan 2.500 Sekolah Penggerak di 34 provinsi dan 250 kabupaten/kota
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengeluarkan berbagai kebijakan Merdeka Belajar, di antaranya Program Guru Penggerak dan Program Sekolah Penggerak.
Hingga 2022, Kemendikbudristek telah merealisasikan 2.500 Sekolah Penggerak di 34 provinsi dan 250 kabupaten/kota.
Satu dari ribuan sekolah penggerak itu ialah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Banjarmasin.
Kepala SMPN 1 Gusti Khairur Rahman mengatakan Program Sekolah Penggerak ini merupakan tantangan baru bagi para pendidik.
Sebab, mekanisme ini baru pertama kali diterapkan dan menggunakan metode pembelajaran berbeda dengan kurikulum sebelumnya.
Baca juga: Kemendikbudristek Buka Seleksi Fasilitator Program Sekolah Penggerak Angkatan Ketiga
“Dengan masuknya kita sebagai sekolah penggerak ini tantangan. Program baru bagi kami, format seperti ini, kita harus belajar dari mana. Kita ikuti tahap per tahap Insyaallah kita bisa,” kata Gusti Khairur Rahman saat ditemui di SMPN 1 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu (20/7/2022).
“Dengan doa dan motivasi dari teman-teman kita ikut lokakarya ke delapan. Teman-teman bersemangat,” ujarnya menambahkan.
Ia pun berharap Program Sekolah Penggerak ini bakal terus bertahan di tahun-tahun berikutnya. Sebab, lanjut dia, para orang tua murid begitu mendukung program yang berjalan hampir dua tahun di sekolah favorit itu.
“Kami sudah sosialisasikan ke orangtua siswa dan mereka sangat mendukung di SMPN 1. Suport bukan hanya motivasi, tapi pendanaan,” ujarnya.
Adapun Program Sekolah Penggerak ini merupakan katalis untuk mewujudkan pendidikan Indonesia diawali dengan SDM kepala sekolah dan guru yang fokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik, sehingga terwujud profil Pelajar Pancasila.
Ada lima intervensi Program Sekolah Penggerak yaitu kerja sama Kemendikbudristek dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendampingan implementasi Sekolah Penggerak.
Penguatan SDM sekolah melalui pelatihan dan pendampingan intensif dengan pelatih yang disediakan Kemendikbudristek, pembelajaran dengan paradigma baru menyesuaikan dengan kebutuhan dan pengembangan siswa, dan perencanaan berbasis data hasil refleksi diri satuan pendidikan.
“Saya optimis program ini bisa jalan, kita juga SDM cukup memadai untuk bersaing dengan guru penggerak lain,” kata Gusti.
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, Rahmasari turut mendorong Program Sekolah Penggerak di SMPN 1 Banjarmasin.
Ia menambahkan, SMPN 1 Banjarmasin telah menginisiasi mekanisme belajar yang lebih proaktif sebelum adanya Program Sekolah Penggerak ini.
“Jadi untuk percepatan perkembangan di Sekolah Penggerak di SMPN 1 tidak lagi nengalami perlambatan, kalau menurut saya itu percepatan, karena sudab bergerak duluan,” katanya.
“Jadi SMPN 1 sudah bergerak duluan ditambah lagi dengan status sekolah penggerak dengan adanya pembelajaran yang baru paradigma yang baru juga menggunakan kurikulum merdeka belajar,” lanjut dia.
Rahmasari mengatakan saat ini ada empat Guru Penggerak di SMPN 1 Banjarmasin. Jumlah itu, kata dia, akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya tenaga pengajar yang mendaftarkan diri menjadi Guru Penggerak.
“Impian saya (adalah) untuk menjadikan Kota Banjarmasin, sekolah yang di dunia pendidikannya bergerak dengan sangat pesat,” ujarnya.