Satu Warga Jawa Tengah Suspek Cacar Monyet, Pakar IDI Minta Tak Anggap Remeh
Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban minta Indonesia tak menganggap remeh kasus suspek cacar monyet di Jawa Tengah.
Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pakar dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban meminta pemerintah tak anggap remeh kasus suspek cacar monyet di Jawa Tengah.
Hal tersebut juga berkaca dari kasus awal Covid-19 di tanah air, meskipun sebagian besar kasus berhasil sembuh dengan pengobatan yang diberikan.
Zubairi menekankan reaksi cacar monyet di setiap orang cenderung berbeda.
Ia meminta pemerintah maupun masyarakat memiliki kewaspadaan yang tinggi akan penyakit cacar monyet ini.
"Meski suspek cacar monyet di Jateng belum pasti statusnya, saya harap Indonesia tak anggap enteng seperti awal Covid-19."
"Yang diperlukan adalah kewaspadaan tinggi untuk menghindari penyebaran lebih lanjut dan risiko kematian, karena tubuh masing-masing orang bereaksi berbeda," tulis Prof Zubairi, Rabu (3/8/2022) pada akun twitter pribadinya @ProfesorZubairi.
Lanjut Prof Zubairi menjelaskan cara penyebaran penyakit cacar monyet.
Yakni melalui droplet, kontak ruam hingga melalui pakaian.
"Cacar monyet menyebar melalui droplet, kontak ruam, keropeng, cairan tubuh, dan kain seperti tempat tidur atau pakaian."
Ia juga mengungkap, kasus cacar monyet di dunia sudah mencapai 26ribu kasus terkonfirmasi.
Dari jumlah tersebut, Zubairi mengatakan paling banyak terkonfirmasi kasus cacar monyet ada di negara Amerika Serikat.
"Secara global sudah ada 26 ribu kasus lebih yang terkonfirmasi di berbagai negara dan yang paling banyak adalah Amerika Serikat dengan kasus lebih dari 6000."
Satu Warga Jawa Tengah Suspek Cacar Monyet
Diwartakan Tribunnews sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan, seorang warga Jawa Tengah berusia 55 tahun suspek monkeypox atau cacar monyet.