Pelaku UMKM Minuman Rempah di Trenggalek Dapat Ilmu Baru soal Instanisasi dari Ahli IPB
Dua dosen IPB memperkenalkan teknologi pembuatan produk rempah instan yang benar kepada UMKM minuman herbal.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Dua dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) berbagi ilmu soal teknologi instanisasi minuman berbahan rempah kepada para pelaku UMKM di Kabupaten Trenggalek, Rabu (10/8/2022).
Mereka memperkenalkan teknologi pembuatan produk rempah instan yang benar kepada para pembuat produk minuman herbal.
Dua dosen yang membagikan ilmu mereka adalah Prof Sedarnawati Yasni dan Dr Sugiarto. Dalam program itu, dua dosen tersebut menggandeng Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek.
Kepala Diskomidag Kabupaten Trenggalek Agoes Setiono menjelaskan, para dosen tersebut akan mengenalkan berbagai inovasi untuk membantu para pelaku UMKM minuman herbal untuk lebih baik dalam membuat produk.
"Ada 20 peserta yang mengikuti pelatihan ini. Semuanya adalah UMKM yang memproduksi minuman berbahan rempah," kata Agoes.
Agoes berharap, ilmu tambahan dari para dosen itu bakal mendorong mereka untuk naik kelas.
"Sehingga para pelaku UMKM ini bisa membuat produk mereka lebih baik, lebih berkualitas, dan manfaatnya lebih bagus lagi," ujarnya.
Prof Sedarnawati menjelaskan, kedatangannya bersama Dr Sugiarto ke Trenggalek melatih para pelaku UMKM merupakan bagian dari program dosen mengabdi pulang kampung.
Program yang digagas IPB itu membawa para dosen dan ahli untuk pulang kampung sembari berbagi ilmu kepada masyarakat.
Kebetulan, Sedarnawati merupakan istri dari warga Trenggalek. Dalam pelatihan itu, pihaknya akan berbagi ilmu soal teknologi instanisasi produk rempah. Ia menyebut, produk instan sering disalahpahami oleh para pelaku UMKM.
"Produk instan, kadang orang-orang berpikir bahwa asal cepat. Seperti bubuk jahe, atau temu lawak, atau lainnya, lalu ditambahkan gula dan air, tinggal minum. Padahal itu bukan instan namanya," kata dia. Produk instan yang sebenarnya adalah yang berbentuk granula, seperti gula pasir.
"Saya melihat, beberapa produk yang ada, salah dalam penggunaan label (instan)," tutur dia.
Teknologi instanisasi yang benar, lanjutnya, membuat produk rempah yang dijual bakal lebih baik.
"Pertama lebih praktis, lebih mudah dalam penggunaannya. Dan karena ada pemanisnya, yang terpenting pelaku UMKM ini tahu perbandingan yang pas [antara rempah dan gula]," tutur dia.
Sementara produk rempah dipilih sebab bahan tersebut relatif melimpah di Kabupaten Trenggalek. Dari pengamatan Sedarnawati, sudah banyak pelaku UMKM di Trenggalek yang memanfaatkan rempah untuk bahan produk.
Selain itu, pihaknya juga akan memberi beberapa ilmu baru agar produk rempah yang dijual tak hanya dalam bentuk tunggal. Misalnya, produk minuman jahe saja, temulawak saja, atau lainnya.
"Kami ingin memperkenalkan yang lain, dalam bentuk formula, bermacam rempah dan bermacam bermanfaat untuk konsumennya," tuturnya.
Produk rempah juga dipilih karena manfaatannya sebagai minuman kesehatan. Agar manfaat itu lebih meyakinkan para konsumen, pihaknya juga akan menjabarkan soal kehalalan suatu produk.
"Jadi halalnya produk ini bukan sekadar asal tempel label saja. Tapi pelaku UMKM-nya juga paham maknanya," pungkasnya. (*)