Dedi, Anak, Istri & Cucunya Terpaksa Tinggal di Lahan Makam, Tidur Gelap-gelapan & Menahan Lapar
Selama dua malam, Dedi bersama empat cucunya, satu anaknya, dan istrinya tinggal di atas posko pengungsian sementara yang berdiri di atas makam.
Editor: Dewi Agustina
Rumah Dedi hancur 50 persen. Namun, keluarganya memutuskan meninggalkan rumah tersebut lantaran gempa susulan masih kerap terasa.
"Dari pada kenapa-kenapa, rumah juga sudah roboh sebagian temboknya, jadi kita kosongkan. Bawa semua anak-anak mengungsi di sini," bebernya.
Bukannya tidak seram tidur di atas pemakaman. Apalagi, pada malam hari tidak ada penerangan lampu sama sekali karena listrik masih padam.
Namun, Dedi dan keluarganya tidak punya pilihan.
Bersama empat cucunya ia lebih memilih tinggal di atas makam ketimbang tertimpa bangunan roboh karena gempa susulan.
Ketua RT4 RW2 Deden mengatakan bahwa tenda pengungsian seadanya yang berdiri di atas TPU Panumbangan sudah dibuat sejak dua hari beberapa saat setelah gempa mengguncang Cianjur pada Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB.
Ada dua terpal tenda yang didirikan seadanya di atas TPU tersebut.
Ada juga dapur umum dan MCK yang dibuat terpisah dari tenda.
Baca juga: Setidaknya 3 Kali Gempa Bumi Kembali Terjadi di Kabupaten Cianjur dan Bogor
Dua tenda yang masing-masing seluas 3x8 meter itu dihuni 73 KK atau 100 orang lebih.
Termasuk anak-anak dan lansia yang menghuni atap terpal tersebut.
Tidak ada penerangan sama sekali di tenda tersebut.
Apabila hari menjelang malam, Dedi bersama 73 keluarga lainnya tidur gelap-gelapan di atas makam.
Bukan hanya tidur gelap-gelapan, para pengungsi di atas makam itu juga harus tidur dengan udara dingin yang menusuk.
Sudah dua hari ini angin di kawasan Cianjur bertiup kencang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.