Dedi, Anak, Istri & Cucunya Terpaksa Tinggal di Lahan Makam, Tidur Gelap-gelapan & Menahan Lapar
Selama dua malam, Dedi bersama empat cucunya, satu anaknya, dan istrinya tinggal di atas posko pengungsian sementara yang berdiri di atas makam.
Editor: Dewi Agustina
Tanpa selimut dan matras serta tenda yang terbuka, Dedi dan empat cucunya harus menahan dingin setiap malam.
Terlebih Rabu (23/11/2022) malam suasana akan lebih terasa dingin lantaran hujan deras mengguyur Cianjur.
"Ya lihat situasinya gini. Di siang hari saja kalau hujan dingin, apalagi kalau malam hari nanti," ucapnya.
Suasana dingin yang menusuk membuat Dedi dan para bocah yang menghuni tenda tersebut terpikir untuk punya rasa takut karena bermalam di atas pemakaman.
Menahan Lapar
Apalagi di malam hari, mereka kerap menahan lapar.
Dalam sehari bantuan makanan hanya diberikan dua kali sehari kepada para pengungsi yakni saat pagi dan siang hari.
Sementara di malam hari, para pengungsi terkadang harus menahan lapar.
Pengungsi gempa di Kampung Panumbangan diberi makan oleh warga sekitar.
Dapur dadakan dibuat lima meter dari tenda pengungsian.
Dapur dadakan itu dikelola oleh warga sekitar, yang juga menjadi korban gempa.
Mereka memasak setiap pagi dan siang hari.
Mengatasi jumlah lauk pauk yang terbatas, para relawan di dapur umum memperbanyak nasi untuk satu keluarga di posko pengungsian.
Satu keluarga mendapatkan satu nampan nasi yang diisi dengan 5 potong ayam ukuran sedang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.