Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kejanggalan Kasus 1 Keluarga Tewas Diracun di Magelang, Tak Ada Muntahan hingga Pelaku Tolak Autopsi

Polisi sempat menemukan kejanggalan terkait kasus satu keluarga tewas di Magelang yaitu tidak ada muntahan dan pelaku menolak autopsi korban.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Kejanggalan Kasus 1 Keluarga Tewas Diracun di Magelang, Tak Ada Muntahan hingga Pelaku Tolak Autopsi
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Penampakan kondisi rumah tempat penemuan jenazah dipasangi garis polisi di Mertoyudan, Magelang, Senin (28/11/2022). Polisi sempat menemukan kejanggalan terkait kasus satu keluarga tewas di Magelang yaitu tidak ada muntahan dan pelaku menolak autopsi korban. 

TRIBUNNEWS.COM - Plt Kapolresta Magelang, AKBP Mochammad Sajarod Zakun mengungkapkan penyidik sempat menemukan kejanggalan terkait kasus tewasnya satu keluarga di Magelang, Jawa Tengah, akibat diracun oleh DDS alias Dhio (22).

Kejanggalan pertama adalah penyidik tidak menemukan sisa muntahan ketika mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) yang berada di Jalan Sudiro 2, Gang Durian, RT10/RW1, Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Padahal, katanya, laporan yang diterima Polresta Magelang adalah korban meninggal disebabkan keracunan.

"Kita lihat dari TKP yang ada, karena ini korban meninggal karena keracunan biasanya ada sisa daripada muntahan. Pada saat kita ke TKP, clear, tidak ada (muntahan)," ujarnya dalam konferensi pers di Polresta Magelang, Selasa (29/11/2022) yang ditayangkan YouTube Tribunnews.

Namun, terkait apakah sisa muntahan tersebut telah dibersihkan oleh Dhio, Sajarod tidak menjelaskan lebih lanjut.

Lalu, kejanggalan kedua adalah, tersangka tidak menginginkan autopsi terhadap seluruh korban tewas yakni ayah, Abas Ashar; ibu, Heri Riyani; dan kakak pelaku, Dea Khairunisa.

Baca juga: Hasil Autopsi Keluarga yang Tewas Diracun di Magelang, Lambung hingga Otak seperti Terbakar

Padahal, kata Sajarod, pihak saudara dari keluarga korban mengizinkan dilakukan autopsi.

Berita Rekomendasi

"Kemarin dari pihak saudara daripada korban minta untuk diautopsi. Namun anak kedua ini (Dhio) tidak ingin diautopsi, itu kejanggalannya," katanya.

Namun, penyidik tetap memutuskan agar dilakukan autopsi terhadap korban karena ingin mengetahui penyebab tewasnya Abas, Riyani, dan Dea tersebut.

"Namun bagi kami, sebagai seorang penyidik, tetap melakukan autopsi karena ini menyangkut terkait korban meninggal dunia sehingga kita ingin melihat penyebab kematiannya," jelasnya.

Hasil Autopsi, Lambung hingga Otak Korban seperti Terbakar

Rumah korban ketika dipasangi garis polisi saat olah TKP di Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Senin (28/11/2022)
Rumah korban ketika dipasangi garis polisi saat olah TKP di Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Senin (28/11/2022) (TribunJogja.com/Nanda Sagita Ginting)

Kabid Dokkes Polda Jateng, Kombes Sumy Hastry mengungkapkan hasil autopsi satu keluarga tewas diracun di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dari hasil autopsi, memperlihatkan organ korban yaitu Abas,Riyani, dan Dea seperti terbakar.

Sumy menjelaskan hal tersebut lantaran racun yang dinilai mematikan.

Adapun, kata Sumy, organ yang terlihat terbakar tersebut adalah tenggorokan, lambung, hingga otak.

"Dari tenggorokan, lambung, usus, hati, jantung, paru, dan otak. Ya, merah seperti terbakar," katanya dalam konferensi pers di Polres Magelang, Selasa (29/11/2022).

Baca juga: Motif Dhio Racun Keluarganya di Magelang: Sakit Hati karena Dibebani Bantu Ekonomi

Sumy mengatakan organ milik korban terlihat terbakar karena racun diproses oleh pembuluh darah dengan cepat.

Ia juga mengungkapkan kadar racun yang dipakai tersangka DDS alias Dhio (22) sangat tinggi.

"Karena proses cepat, memasuki pembuluh darah, sehingga mematikan. (Kadar racun) sangat tinggi," jelasnya.

Motif Sakit Hati Dibebani Tanggung Ekonomi Keluarga

Penampakan kondisi rumah tempat penemuan jenazah dipasangi garis polisi di Mertoyudan, Magelang, Senin (28/11/2022).
Penampakan kondisi rumah tempat penemuan jenazah dipasangi garis polisi di Mertoyudan, Magelang, Senin (28/11/2022). (Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting)

Sajarod mengungkapkan motif Dhio meracuni ayah, ibu, dan kakaknya lantaran sakit hati dibebani untuk menanggung ekonomi keluarga.

Hal tersebut lantaran Abas, sang ayah telah pensiun sejak dua bulan lalu.

Selain itu, Abas juga tengah jatuh sakit dan penghasilan keluarga tersebut hanya berasal dari pensiun sang ayah dikutip dari Tribun Jogja.

Di sisi lain, kata Sajarod, kakak pelaku yaitu Dea tidak dibebani untuk membantu ekonomi keluarga.

"Anak pertama (Dhea) sempat bekerja, tapi sekarang sudah keluar, sedangkan anak kedua tidak bekerja."

"Tapi dia (Dhio) dibebani untuk membantu keuangan keluarga. Hal itulah yang membuat pelaku sakit hati," kata Sajarod.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jogja/Haris Sumayanti)

Artikel lain terkait Sekeluarga Meninggal di Magelang

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas