Abu Vulkanik Gunung Marapi Mengeluarkan Aroma Menyengat Khas Belerang di Cumantiang Kabupaten Agam
Abu vulkanik yang turun di Cumantiang Kabupaten Agam tidak berlangsung lama, sebab berselang setengah jam arah angin sudah berubah lagi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Padang Alif Ilham Fajriadi
TRIBUNNEWS.COM, AGAM - Erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat membuat sejumlah ilayah mulai dijatuhi abu vulkanik tipis.
Salah satunya di Cumantiang, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam.
Camat Candung Noviardi mengatakan, abu vulkanik mulai turun di Cumantiang pasca erupsi pukul 07.00 pagi tadi.
"Abu vulkanik itu mengeluarkan aroma menyengat khas belerang di sekitar Cumantiang," terang Noviardi, Jumat (13/1/2023).
Kendati demikian, kata Noviardi, abu vulkanik yang turun di Cumantiang itu tidak berlangsung lama, sebab berselang setengah jam arah angin sudah berubah lagi.
Baca juga: Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Material Bebatuan dari dalam Kawah Terlempar ke Sekitar Puncak
"Jelang setengah jam pasca abu vulkanik turun di Cumantiang ini, arah angin berubah lagi, diperkirakan ke arah timur," kata Noviardi.
Novriadi menyampaikan, hujan abu atau turunnya abu vulkanik imbas erupsi Marapi itu, baru dirasakan di sekitar Cumantiang saja.
Sedangkan, di wilayah lain serupa Nagari Lasi dan Candung, belum ada laporan serupa hujan abu itu.
Diketahui, erupsi di Gunung Marapi telah terjadi sejak Sabtu (7/1/2023), dengan letusan perdananya pada pukul 06.11 WIB. Lalu, erupsi di Gunung Marapi masih berlanjut hingga kini.
Pendakian dan aktivitas warga ke Gunung Marapi juga telah dihentikan sementara waktu, hingga kondisi erupsi di Gunung Marapi sudah berhenti total.
Diberitakan sebelumnya, Para ahli memperkirakan, dampak bahaya dari erupsi Gunung Marapi tidak semenakutkan yang dibayangkan.
Pasalnya, erupsi Gunung Marapi itu masuk kategori letusan freatik. Terjadi akibat adanya gerakan uap air yang terlalu panas di dasar kawah.
"Kita ibaratkan serupa air dalam teko, saat dia panas, maka air otomatis keluar lalu menimbulkan uap, itulah yang kini terjadi di Gunung Marapi," kata Kepala pos PGA Marapi, Teguh Purnomo.
Teguh menyampaikan, Gunung Marapi memiliki keunikan dibanding gunung api yang lainnya. Keunikan itu pula yang bisa disebut sebagai keberuntungan.
"Jika gunung api yang lain ketika erupsi ini menimbulkan letusan percikan api dan lava yang mengalir, Gunung Marapi tidak seperti itu," ungkap Teguh.
Baca juga: Gunung Marapi di Sumbar Erupsi, Total 20 dari 47 Pendaki Sudah Turun, Sisanya Masih dalam Perjalanan
Sebab, kata Teguh, potensi paling bahaya dari erupsi di Gunung Marapi ini, hanya berdampak kepada ketebalan asapnya dan turunnya abu vulkanik ke pemukiman warga.
Lebih lanjut, jika ledakan erupsi Gunung Marapi cukup dahsyat dan melebihi rata-rata, kata Teguh, bakal menyebabkan material batuam kecil sebesar kelereng sampai ke pemukiman.
"Radiusnya pun juga tidak terlalu jauh. Material yang terlempar itu berdampak kepada pemukiman di badan Gunung Marapi saja," kata Teguh.
"Kalau abu vulkanik yang dikeluarkan itu, bisa turun ke pemukiman yang dibawa kemana arah angin pada saat itu," tambah Teguh.
Teguh mengatakan, masyarakat tidak telalu cemas dan takut ketika erupsi di Gunung Marapi. Serta, selalu memperhatikan atap rumah dan bahan pangannya.
"Ditakutkan nanti ada abu vulkanik yang turun dan sampai ke atap hingga sumur, ini beresiko besar terhadap keracunan jika sampai termakan" tutur Teguh.
Petugas pos PGA Marapi, Ahmad Rifandi menyampaikan, sejarah Gunung Marapi meletus disertai lelehan lava pernah terjadi.
"Kalau dirunut ke sejarahnya, lelehan lava pernah terjadi di Gunung Marapi, tercatat itu pada 1987 silam," ungkap Rifandi.
Namun, potensi terjadinya lelehan lava itu, kata Rifandi, diprediksi tidak akan terjadi saat erupsi Gunung Marapi saat ini.
Sebab, sejauh ini PGA Marapi tidak melihat adanya indikasi perubahan sifat erupsi di Gunung Marapi.
"Sejauh ini masih akan bersifat letusan atau erupsi freatik, hanya berdampak kepada banyaknya uap berupa abu vulkanik yang disemburkan keluar kawah," kata Rifandi.
Rifandi menjelaskan, perubahan sifat letusan dari gunung api itu, tidak didasari faktor khusus. Semuanya terjadi secara alami saja.
"Untuk melihat dan menyebutnya freatik itu, kita harus melihat dan mengamati dari gerakan letusannya hingga tremor yang terjadi juga. Sejauh ini, Gunung Marapi masih aman, hanya erupsi bersifat freatik," pungkas Rifandi.(TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)
Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Seminggu Erupsi Gunung Marapi: Abu Vulkanik Turun di Cumantiang Agam, Warga Cium Aroma Belerang