NATO: Ukraina Kini Jadi 'Medan Pertempuran Logistik', Jangan Remehkan Rusia
Blok Barat sedang meningkatkan produksi amunisi, namun tidak dapat menentukan tujuan akhirnya di Ukraina
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa saat ini konflik di Ukraina berubah menjadi 'perang gesekan', sehingga negara Barat tidak boleh 'meremehkan' keunggulan daya tembak Rusia.
Ia mengklaim bahwa blok Barat sedang meningkatkan produksi amunisi, namun tidak dapat menentukan tujuan akhirnya di Ukraina.
Dalam Konferensi Keamanan Munich Jerman pada akhir pekan lalu, Stoltenberg mengatakan bahwa Rusia sejauh ini mampu membawa lebih banyak amunisi dan tenaga ke garis depan dibandingkan Ukraina.
"Konsumsi amunisi Ukraina 'lebih tinggi dari total produksi (NATO), situasi ini 'tidak boleh diremehkan'. Sejauh ini kami telah menghabiskan stok kami, namun pada tahap tertentu kami perlu memproduksi lebih banyak amunisi," jelas Stoltenberg.
Meskipun Ukraina menerima senjata Barat senilai puluhan juta dolar Amerika Serikat (AS), termasuk hampir 1,5 juta peluru artileri 'hanya dari AS, Rusia telah memiliki keunggulan daya tembak sejak dimulainya operasi militernya pada Februari lalu.
Baca juga: China Sindir Barat: Pengiriman Senjata ke Ukraina Picu Perang Babak Baru
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (24/2/2023), menurut sebagian besar penilaian Barat, pihak Ukraina saat ini menembakkan antara 5.000 hingga 6.000 peluru artileri per hari, sementara perkiraan tembakan Rusia sangat bervariasi antara 5.000 hingga 60.000 peluru per hari.
Stoltenberg telah berulang kali meminta anggota NATO untuk meningkatkan produksi amunisi mereka untuk menutup celah, seperti yang dilakukan para pemimpin Barat lainnya.
Diplomat top Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengatakan pada hari Minggu lalu bahwa pendukung Ukraina perlu menyelesaikan kekurangan amunisi dalam 'hitungan minggu' jika Ukraina ingin memiliki peluang sukses di medan perang.
"Sejak musim gugur yang lalu, konflik di Ukraina telah 'bergerak menjadi perang gesekan'. Perang gesekan adalah pertempuran logistik, seperti bagaimana anda mendapatkan cukup barang, material, suku cadang, amunisi, bahan bakar ke garis depan," tegas Stoltenberg.
Stoltenberg sangat jelas menekankan tentang perlunya NATO untuk meningkatkan produksi senjata.
Ia pun tidak mengetahui secara pasti mengenai bagaimana aliansi pimpinan AS ini ingin konflik tersebut diakhiri.
Namun dirinya mengatakan bahwa 'tidak ada yang tahu bagaimana dan kapan perang ini akan berakhir'.
"Mungkin akan diselesaikan di meja perundingan," papar Stoltenberg.
Stoltenberg menyampaikan bahwa NATO akan mengizinkan Ukraina untuk menentukan seperti apa 'kemenangan' itu, namun tidak akan secara langsung mengatakan bahwa mereka mendukung tujuan yang dinyatakan Ukraina untuk merebut wilayah Krimea Rusia.