Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Populer Regional: Alasan Wanita asal Wajo Tolak Lamaran Pria India - Fakta Kerusuhan di Wamena

Berikut berita populer regional dimulai terungkap alasan wanita di Kabupaten Wajo yang tolak lamaran pria asal India hingga kerusuhan di Wamena.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Populer Regional: Alasan Wanita asal Wajo Tolak Lamaran Pria India - Fakta Kerusuhan di Wamena
Kolase Tribunnews.com
Berikut berita populer regional mulai alasan wanita asal wajo tolak lamaran pria India hingga fakta-fakta kerusuhan di Wamena. 

TRIBUNNEWS.COM - Berita populer regional di Tribunnews.com dimulai dengan terungkapnya alasan wanita di Kabupaten Wajo, yang tolak lamaran pria asal India.

Diketahui si wanita bernama Syarifah Haerunnisa alias Nisa (25) menolak lamaran Asib Ali Bhore (32) karena sudah dijodohkan dengan pria lain.

Kisah yang dialami Nisa dan Asib kemudian viral hingga menjadi perbincangan warganet.

Kemudian kabar terbaru perihal hasil sidang kode etik Bharada Richard Eliezer alias Bharada E.

Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat merasa kecewa karena Bharada E tidak dipecat meskipun sudah terlibat kasus pembunuhan berencana.

Samuel ingin Bharada E dikeluarkan dari Polri sebagai pelajaran polisi lain agar tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.

Baca juga: Populer Internasional: Rusia Dilaporkan Terjunkan Mahasiswa ke Medan Perang - Gempa Baru di Turki

Berita populer terakhir datang dari kerusuhan yang pecah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Tengah.

Berita Rekomendasi

Kerusuhan dipicu dari isu penculikan yang tersebar lewat pesan berantai WhatsApp.

Sementara akibat insiden ini, dilaporkan ada 9 orang tewas dan belasan orang lainnya luka-luka.

Berikut berita populer regional di Tribunnews.com dalam 24 jam selengkapnya:

1. Alasan Wanita asal Wajo Sulsel Tolak Lamaran WNA India, Keduanya Sudah Saling Kenal selama Setahun

Beredar kisah viral lamaran pria asal India bernama Asib Ali Bhore (32) ditolak wanita asal Wajo, Sulawesi Selatan bernama Syarifah Haerunnisa alias Nisa (25).

Asib Ali Bhore rela terbang dari India ke Makassar dan menyewa mobil dari Makassar ke Wajo untuk melamar Nisa yang dikenal lewat media sosial.

Keduanya telah saling kenal selama satu tahun dan berkomunikasi lewat WhatsApp dengan bantuan aplikasi Google Translate.

Pria Warga Negara Asing (WNA) itu juga membawa seserahan seperti kosmetik dan mukena ketika datang melamar Nisa.

Dikutip dari TribunTimur.com, diperkirakan Asib Ali Bhore mengeluarkan biaya sekitar Rp 52 juta untuk terbang dari India dan pergi menuju rumah Nisa di Watangrumpia, Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Salah satu tetangga Nisa, Wiwi mengaku telah mengetahui hubungan antara Asib Ali Bhore dengan Nisa.

Tapi ia tidak menyangka lamaran Asib Ali Bhore ditolak keluarga Nisa dan menjadi viral di media sosial.

"Kalau hubungannya dengan orang India sudah satu tahun, tapi belum menyangka bisa seviral ini," jelasnya, Rabu (22/2/2023).

Wiwi mengatakan, Nisa adalah sosok wanita yang terkenal rajin beribadah di kampungnya.

"Jujur, Nisa itu orangnya baik, jarang keluar rumah, rajin sholat, bahkan terkenal solehah di kampung," lanjutnya.

Keluarga Nisa menolak lamaran Asib Ali Bhore karena wanita 25 tahun tersebut sudah dilamar oleh pria lain.

Nisa menjelaskan, sejak awal Asib Ali Bhore sudah berjanji akan datang ke Indonesia, namun janjinya tak kunjung ditepati.

Baca selengkapnya.

2. Sempat Viral Pengakuan Pengedar Sabu Dapat Bekingan, Ternyata Ini Sosok Oknum Polisinya dan Perannya

Viral pengakuan pengedar narkoba yang ditangkap BNNK Tana Toraja yang menyebut komplotannya dibekingi polisi saat menjalankan aksinya. Hal ini disampaikan saat konferensi pers yang digelar pada Rabu (15/2/2023) lalu. Pernyataan pengedar narkoba ini pun tampak membuat Kepala BNNK Tana Toraja, AKBP Dewi Tonglo tampak gugup.
Viral pengakuan pengedar narkoba yang ditangkap BNNK Tana Toraja yang menyebut komplotannya dibekingi polisi saat menjalankan aksinya. Hal ini disampaikan saat konferensi pers yang digelar pada Rabu (15/2/2023) lalu. Pernyataan pengedar narkoba ini pun tampak membuat Kepala BNNK Tana Toraja, AKBP Dewi Tonglo tampak gugup. (Facebook Kareba-Toraja.com)

Sempat beredar di media sosial aksi pengedar narkoba yang mengaku melakukan tindak pidana tersebut karena dilindungi oleh oknum polisi.

Pengakuan itu dilontarkan sang bandar saat dihadirkan dalam konferensi pers yang digelar Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Tana Toraja, Sulawesi Selatan pada Rabu (15/2/2023).

"Boleh saya sedikit bicara bu? Kami berani begini karena kami dilindungi dari bawah, Polres," ucapnya di sela konferensi pers.

Video sang pengedar narkoba itu tersebar luas di media sosial Instagram hingga Tiktok.

Usai rekaman video itu tersebar luas di media sosial, pihak kepolisian lantas melakukan penelusuran atas fakta dari pernyataan tersebut.

Usut punya usut, ternyata pernyataan dari pengedar narkoba itu benar.

Sosok oknum yang disebut sang pengedar narkoba itu yakni polisi berinisial G.

Tidak hanya berperan melindungi, polisi G tersebut bahkan juga menerima sejumlah uang dari sang pengedar narkoba.

Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Komang Suartana bahkan menyebut jumlah uang yang diterima oknum polisi itu bervariasi.

Baca selengkapnya.

3. Ayah Rudapaksa Anak Kandung, Nasihati Korban agar Jaga Diri dari Pria Mesum, tapi Malah Dipraktikkan

Ilustrasi pelecehan seksual.
Ilustrasi pelecehan seksual. (Tribunnews.com/Istimewa)

DS (50), ayah di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tega merudapaksa anak kandungnya sendiri.

Korban yang masih berusia 15 tahun itu berkali-kali menjadi korban rudapaksa oleh ayahnya sendiri.

Dilansir TribunJabar.id, modus yang dipakai pelaku dalam melancarkan aksinya adalah memberikan edukasi kepada korban untuk menjaga diri dari pria mesum.

Demikian disampaikan oleh Kasat Reskrim Polresta Bandung, Kompol Oliestha Ageng Wicaksana.

"Kalau ada laki-laki yang pegang payudara, mencium, dan lainnya dikatakan tersangka kepada anaknya, itu tidak boleh," ujar Oliestha, Rabu (22/2/2023).

Tak hanya memberitahu lewat ucapan, pelaku juga mempraktikkan langsung kepada korban.

"Tapi ia mempraktikkannya langsung kepada anaknya tersebut. Mulai mencium, meraba, dan lainnya. Itu dipraktikkan," jelasnya.

Saat itu, belum terjadi aksi rudapaksa oleh pelaku terhadap korban.

Baru setelah itu, pelaku merudapaksa korban dengan modus mengobati bisul korban.

Baca selengkapnya.

4. Kecewanya Ayah Brigadir J Polri Tidak Pecat Bharada E: Anak Saya Dia Tembak

Samuel Hutabarat (kiri) dan Richard Eliezer (kanan). Ayah Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J), Samuel Hutabarat mengaku kecewa karena Richard Eliezer (Bharada E) tidak dipecat oleh Polri.
Samuel Hutabarat (kiri) dan Richard Eliezer (kanan). Ayah Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J), Samuel Hutabarat mengaku kecewa karena Richard Eliezer (Bharada E) tidak dipecat oleh Polri. (Kolase Tribunnews)

Keluarga Brigadir Yosua atau Brigadir J mengungkapkan kekecewaan terkait keputusan Polri yang tidak memecat Bharada Richard Eliezer alias Bharada E.

Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat mengungkapkan pihaknya memang mendukung Bharada E sebagai justice collaborator.

"Dia (Bharada E) kami dukung karena sebagai justice collaborator. Kami ingin kasus pembunuhan anak kami terungkap," kata Samuel Huatabarat, Rabu (22/2/2023).

"Kami dukung LPSK melindunginya supaya kasus terungkap, bukan dukung diterima lagi sebagai anggota Polri," lanjut dia.

Bharada E hanya mendapat sanksi berupa memutasi dan demosi setahun.

Vonis dari sidang etik kepada Bharada E terbilang ringan.

Selain vonis satu enam bulan oleh majelis hakim, Bharada E juga diterima kembali sebagai anggota Polri.

Kekecewaan Samuel muncul ketika mengingat jika pelaku penembakan Brigadir Yosua adalah Bharada E.

Samuel mengaku kecewa karena Bharada E tidak dipecat oleh Polri.

"Anak saya ditembak oleh dia. Bilang alasan diperintah. Jika diperintah, sebagai manusia dia tahu mana baik, mana buruknya, apalagi dia bukan robot.

Kecuali robot, bisa disuruh-suruh apapaun oleh operatornya. Sudah menembak diterima lagi jadi Polri. Kami kecewa," kata Samuel Hutabarat.

Soal vonis hukuman selama 18 bulan atau 1 tahun 6 bulan, Samuel Hutabarat tak permasalahkan.

Dia berharap, Polri memecat Bharada E supaya dijadikan pelajaran oleh polisi-polisi lain.

Baca selengkapnya.

5. Fakta-fakta Kerusuhan di Wamena, Kios Warga Perantau Dibakar, Ada Provokasi Isu Penculikan Anak

Tampak gempulan asap dari bangunan yang dibakar oleh masyarakat di Kampung Sapalek, Jalan Trans Irian, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Kebakaran tersebut terjadi akibat isu penculikan anak yang menyebabkan sejumlah warga membakar kios dan ruko di wilayah tersebut.
Tampak gempulan asap dari bangunan yang dibakar oleh masyarakat di Kampung Sapalek, Jalan Trans Irian, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Kebakaran tersebut terjadi akibat isu penculikan anak yang menyebabkan sejumlah warga membakar kios dan ruko di wilayah tersebut. (Dokumentasi Humas Polda Papua)

Kerusuhan massa terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Tengah, Kamis (23/2/2023).

Kerusuhan terjadi di dekat Gereja GKI Ukul Ebe Hunik Sinakma, sekira pukul 14.30 WIT.

Dalam kerusuhan tersebut diwarnai dengan adanya aksi pembakaran bangunan ruko.

Kerusuhan tersebut ditengarai adanya provokasi isu penculikan anak.

Akibat adanya kerusuhan tersebut dilaporkan membuat warga ketakutan, termasuk takut peristiwa berdarah Wamena pada 2019 terulag kembali.

Diketahui sekelompok massa membakar kios milik warga perantau di Kampung Lantipo, melansir Tribun-Papua.com.

Asap hitam pun dilaporkan tampak membumbung tinggi, membuat warga lainnya ketakutan.

Disebutkan aksi kerusuhan terjadi lantaran massa emosi termakan isu provokasi terkait penculikan anak.

Warga terprovokasi setelah membaca isu beredar di media sosial.

Dalam informasi yang beredar mengatakan terdapat dugaan penculikan anak oleh perantau di daerah Distrik Napua.

Dalam info WhatsApp yang beredar, pelaku disebut menggunakan mobil pick up.

Penyebar informasi menuding polisi berupaya melindungi pelaku.

Dilaporkan Polres Jayawijaya masih menelusuri sosok penyebar pesan terkait penculikan anak yang diduga hoaks tersebut.

Sementara di lapangan aparat Gabungan TNI dan Polri melakukan pengamanan.

Baca selengkapnya.

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas