Program Jamban Aman Keluarga Tahap Dua Berlanjut di Kota Magelang
YDKK dan FTT melanjutkan Program Jamban Aman Keluarga tahap kedua di Kota Magelang.
Editor: Tiara Shelavie
Sanitasi yang baik akan mencegah penyakit, mencegah kekurangan gizi pada anak, mengembalikan kondisi air tanah, mengurangi pencemaran limbah domestik, dan mengatasi stunting.
Sementara itu, Ketua YDKK Gesit Ariyanto mengatakan, persoalan sanitasi sebenarnya sudah menjadi perhatian pemerintah dan pihak lain sejak lama.
Tetapi, sampai sekarang persoalan ini belum bisa diselesaikan seluruhnya.
Perilaku buang air sembarangan masih ada dan terjadi di banyak tempat.
“Kami senang melihat pemerintah dan warga Kota Magelang menaruh perhatian pada persoalan sanitasi aman dan mengajak berbagai pihak untuk mengatasi persoalan ini bersama-sama dengan semangat kolaborasi,” ujar Gesit.
Tiga tahun terakhir ini, tambah Gesit, YDKK juga memberi perhatian pada isu kesehatan khususnya sanitasi karena hal ini berdampak serius bagi kesehatan masyarakat.
Sanitasi yang memadai akan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat. Anak-anak pun terbebas dari aneka penyakit yang disebabkan sanitasi buruk, seperti kekurangan gizi yang memicu stunting.
Sejauh ini, dalam kurun waktu 2021-2023, YDKK telah menjalankan program perbaikan sanitasi lingkungan berupa pembangunan akses air minum dan jamban sehat keluarga di beberapa daerah antara lain Kelurahan Pucungrejo, Kabupaten Magelang; Kelurahan Sukun dan Tunjungsekar, Kota Malang; Kelurahan Mojo, Kota Surakarta; dan Kota Magelang.
Sekilas mengenai Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)
Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantrofi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia). DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.
Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin.
Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.
Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja standar DKK saat terjun ke berbagai peristiwa bencana yang meliputi bencana alam, bencana akibat konflik, dan bencana kemanusiaan.