Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon Meninggal Jelang Wisuda, Sosok Berprestasi IP 3,65
Rory Firmansyah menyampaikan, dari informasi yang diterima pemerintah kecamatan Nurul diketahui meninggal dunia karena sakit
Editor: Eko Sutriyanto
“Operasi sebelumnya 4 jam dilakukan karena dilakukan operasi besar dan sudah terlewati dan berhasil. Tapi penyakitnya kambuh akhirnya di kemo di Jakarta dan ditemani neneknya. Namun ketika Datang kesana tidak dilayani sesuai dengan surat rujukan dan harus periksa dari awal lagi,” ujarnya.
Baca juga: Hadiri Wisuda Universitas Indonesia, Ketua MPR RI Bamsoet Ajak Optimalkan Bonus Demografi Indonesia
Pada 22 Desember baru bisa masuk rawat inap di RS Cipto Mangunkusomo Jakarta dan baru bisa ditangani.
Saat itu Hemoglobin Lita sudah menurun melihat seperti itu ternyata tumor sudah tumbuh lagi .
Saat itu dokter menolak untuk operasi karena baru operasi dan dilakukan kemo . Dengan kondisi Hb membaik namun fisik menurun.
Pada 25 Desember Lita masih video call dengan ibunda dan ada beberapa hal yang Lita sampaikan.
“Mama saya mohon maaf saya tidak bisa memenuhi harapan mama. Saya tidak bisa ikut wisuda. Saya capek dan sakit infus sudah di pasang dimana-mana,” ujar Eny menirukan perkataan Almarhumah Lita.
Dia meminta ibundanya untuk menjemputnya.
Namun Eny belum bisa ke Jakarta karena ada tugas di hari yang sama karena itu tugas dari provinsi sebagai bawahan dirinya tentu harus mengikuti apa yang telah menjadi tugasnya.
Eny hanya bisa memberikan semangat dari jauh.
Pada 26 Desember 2019 ia kembali menelpon anaknya sedsng terbaring sakit di Jakarta.
Saat itu Lita katakan ingin melihat wajah sang ibunda.
“Dia bertanya kapan saya ke Jakarta dan selalu minta jemput karena memang tidak kuat dengan obat disitu. Ada satu obat menolak. 27 Desember Lita sudah mulai berbeda. Saya pun sampai di Jakarta 28 Desember . Di perjalanan saya berdoa diatas pesawat karena melihat cuaca buruk dan hp saya matikan,” jelasnya.
Bahkan saat natal terakhir harus dilewati Lita di Rumah Sakit bersama nenek tercinta.
Namun Lita masih sempat beribadah di Katedral dengan didorong neneknya menggunakan kursi roda.
“Sebelum meninggal dia mengatakan kepada neneknya iklaskan saya dan meminta maaf karena masih sering mengganggu neneknya yang sedang tidur. Lita mengatakan dia ingin pergi jalan. Nenek tidak mampu menjawab. Dia mengatakan matanya semakin kabur ,” ujarnya.
Akhirnya dipanggil dokter dan untuk memacu jantungnya tapi Lita tak tertolong dan menghela nafas panjang tanpa rasa gelisah.
Akhirnya dia meninggal dipangkuan neneknya pada pukul 14.00 siang dan ibunya sampai malam hari setelah dibawa ke ruang jenazah.
Lita kembali di bawa pulah pagi hari pada 29 Desember ke Pontianak dan di makamkan pada 30 Desember 219 di Pemakaman Kecamatan Ambawang.
Eny mengatakan pesan terakhir Lita adalah meminta dirinya untuk mengambilkan ijazahnya.
Lita dikenal dengan sosok yang memang tekun dalam belajar, kalau mengerjakan sesuatu harus selesai.
Selain itu dia Aktif di kegiatan rohani dan sempat menjadi utusan dari Pontianak untuk ikut ke Manado.
Di kampus juga aktif diberbagai kegiatan.
“Pada hari pemakaman banyak yang hadir mengantarkan ke pemakannya . Sebenarnya dia mengatakan ingin lanjut S2 dan ingin cari beasiswa. Padahal dalam proses menjalani kemo fisik selama dari 12 Desember berangkat ke Jakarta Lita masih dalam kondisi baik,” ujarnya.
Ia juga mengcapkan terima kasih kepada pihak keluarga besar kampus Untan yang telah menghantarkan anaknya menyelesaikan program sarjana.
Ia juga memohon maaf apabila semasa putrnya masih hidup ada kesalahan untuk tolong dimaafkan dan diiklaskan.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Mahasiswi Indramayu Meninggal Dunia Jelang Kelulusan, Prosesi Wisuda Berubah Jadi Lautan Air Mata