Temuan Kerangka Bayi di Purwokerto Diduga Hasil Inses Ayah dengan Anak, Terjadi Sejak 12 Tahun Lalu?
Kompol Agus Supriadi mengatakan, perempuan berinisial E (25) tersebut mengaku kali pertama melahirkan pada 2012.
Editor: Muhammad Zulfikar
Sebelumnya di kebun tersebut ada beberapa kolam ikan.
"Rencana mau saya ratain dulu, belum ada biaya, kepenginnya dibenteng sekalian (yang berbatasan dengan sungai) pelan-pelan."
"Rencana mau buat kandang ayam atau kebun buah-buahan, buat hiburan aja," kata Tomo.
Namun setelah penemuan empat kerangka bayi tersebut, penataan kebun terpaksa dihentikan karena lokasi tersebut masih dipasangi garis polisi.
Melahirkan pada Usia 14 Tahun
Kasat Reskrim Polresta Banyumas Kompol Agus Supriadi mengatakan, perempuan berinisial E (25) tersebut mengaku kali pertama melahirkan pada 2012.
"Jadi waktu umur 14 tahun sudah hamil. Sejak tahun 2012 itu sudah melahirkan," ungkap Agus kepada wartawan di lokasi penemuan kerangka bayi, Jumat (23/6/2023).
Menurut Agus, bayi yang dilahirkan ada yang dirawat orang lain dan ada yang dikubur di kebun tersebut.
"Begitu melahirkan ada memang koordinasi dengan pihak keluarga untuk dirawat. Kemudian ada juga yang ditanam di sini," kata Agus.
Agus menyebutkan, masih ada kemungkinan korban bertambah.
Namun, dari hasil penggalian pada Kamis (22/6/2023) masih nihil.
"Kemungkinan masih bisa bertambah, bukan hanya empat. Jadi akan kami mencoba menggali lagi," ujar Agus
Saat ini polisi masih mencari ayah E yang belum diketahui keberadaannya setelah ramai berita penemuan kerangka bayi.
"Apakah ini saudari E bertindak sendiri atau ada desakan dari orang lain, dan sampai sejauh ini belum ada penetapan tersangka. Namun ada pengakuan dari saudari E yang akan kami cocokan secara ilmiah," terang dia.
Baca juga: Pemuda di Bukittinggi Setubuhi Ibu Kandung, Penah Ajak Adiknya Berhubungan Inses Tapi Ditolak
Pernah Diusir oleh Warga
Di sisi lain, warga di Kelurahan Tanjung, di sekitar lokasi kejadian tidak bisa menutupi fakta apabila E pernah melahirkan pada 12 tahun lalu.
"Itu hasil hubungan sama bapak kandungnya, 12 tahun lalu. Makanya sempat diusir sama warga sehingga E sempat pindah-pindah kontrakan," jelas seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Ia melanjutkan, ada anak hasil hubungan terlarang antara E dengan bapak kandungnya yang kini telah diadopsi oleh warga Semarang dan saat ini sudah kelas 5 SD.
Dalam waktu yang belum lama ini E sempat terlihat gemuk. Warga pun menduga E sedang berbadan dua.
"Belum terlalu lama, gemuk banget badannya. Terus setelah itu kurus lagi, cuma saya juga tidak terlalu yakin itu hamil apa tidak," jelasnya.
Warga lain menyebut E dikenal sebagai pribadi yang terbuka dan sering ikut kegiatan warga.
"Sering bantu-bantu masak, kadang main-main sama anak-anak kecil di sini, pernah main sama anak saya juga. Orangnya bergaul, belanja biasa, pulang kayak biasa saja," ungkapnya.
Perilaku E berubah setelah adanya penemuan kerangka bayi dan perempuan 24 tahun langsung tidak dapat ditemui.
Sementara itu Ketua RT 1 RW IV Kelurahan Tanjung, Saryono membenarkan kebun itu dulunya merupakan kolam ikan dan ada sebuah gubuk yang ditempati ayah dan anak perempuannya.
"Ditinggali bapak dan anak perempuannya. Sejak saya jadi ketua RT tiga tahun lalu, dia sudah tinggal di situ," kata Saryono di lokasi, Kamis (22/6/2023).
Namun Saryono tidak mengetahui, apakah yang bersangkutan mendirikan gubuk di situ atas permintaan pemilik untuk menjaga kolam atau atas inisiatif sendiri.
Yang pasti, ayah dan anak ini sekarang sudah tidak tinggal di situ. Kolam-kolam ikan yang sebelumnya ada juga sudah diuruk dan tidak ada lagi gubuk yang berdiri.
"Pindah dari sini belum lama, sekitar Januari atau Februari kemarin, pindah ke atas sana. Secara administrasi dia bukan warga sini," ujar Saryono. (Tribunnews.com/TribunJateng.com)