Jarang Bergaul, S Warga Boyolali Terduga Terorisme Dikenal Tertutup
Warga Boyolali, S, diamankan Densus 88 atas dugaan terorisme, Jumat (28/7/2023). Oleh warga setempat, S dikenal tertutup.
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Seorang warga Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, yang berinisial S, diamankan tim Densus 88 Anti Teror, Mabes Polri karena diduga teroris.
Penangkapan ini dilakukan pada Jumat (28/7/2023), saat S berada di luar rumah.
Hal ini dikatakan Ngadino selaku Ketua RT 3 RW 2 Dukuh Sanggarahan, Desa Trayu, Kecamatan Banyudono.
"Ditangkapnya itu siang atau sore, infonya diamankan di jalan bukan di rumahnya," ungkap Ngadino pada TribunSolo.com, Rabu (2/8/2023).
Kapolres Boyolali, AKBP Petrus Parningotan Silalahi, juga membenarkan kejadian ini.
Baca juga: Sosok S, Terduga Teroris di Boyolali yang Ditangkap Densus 88, Tak Mau Salat Jemaah Bareng Tetangga
"Ada informasi seperti itu (warga Banyudono ditangkap Densus 88 Anti Teror). Tadi penggeledahan di rumahnya," kata dia, Rabu.
Usai S ditangkap, rumahnya kemudian digeledah pada Jumat dan Rabu.
Dalam penggeledahan itu, Densus 88 mengamankan HP dan senjata tajam jenis samurai.
"Yang saya ketahui itu yang jelas ada Hp, jaket plus senjata tajam," ungkap Ngadino.
Sosok S
Ngadino mengungkapkan S kesehariannya bekerja sebagai tukang jahit jas.
Profesi tukang jahit diketahui sudah turun-temurun di keluarga S.
"Kesehariannya itu jahit jas," katanya.
"Bapaknya (S) itu penjahit, terus ngajarin (jahit) anak yang pertama terus sampai anak-anak yang lain," terangnya.
Meski kerap berada di rumah karena bekerja sebagai penjahit, S disebut tak pernah keluar rumah.
Selama ini, S dikenal sebagai pribadi yang tertutup.
Bahkan, kata Ngadino, S tidak pernah ikut kegiatan warga.
"Orangnya tertutup. Tidak seperti kita-kita masyarakat biasa gitu," ungkap Ngadino.
Baca juga: Fakta Penangkapan Terduga Teroris asal Boyolali, Warga Sebut Ditemukan Samurai saat Rumah Digeledah
"Ronda-ronda ga ikut, iuran ga sama sekali," imbuh dia.
Sebagai Ketua RT, Ngadino sudah berusaha merangkul S agar terlibat kegiatan warga.
Ngadino mengaku pernah menawarkan program jambanisasi kepada S.
Namun, S sempat menolak dengan alasan tak butuh.
"Itu saja harus dikerasi, karena sempat menolak. Alasannya tidak membutuhkan," pungkasnya.
(Tribunews.com/Luthfiana Sekar) (TribunSolo.com/Tri Widodo)