95 Persen Kasus Stunting di Kabupaten Sleman DIY Berasal dari Keluarga Kurang Mampu
Kekurangan gizi yang terjadi pada stunting bisa disebabkan karena pola makan dan pola asuh yang keliru, sehingga pertumbuhan anak terhambat
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sebanyak 95 Persen kasus stunting di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, justru terjadi pada keluarga yang mampu, sisanya 5 persen terjadi pada keluarga ekonomi rendah.
Fakta disampaikan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk da n Keluarga Berencana (Dinas P3AP2KB) Kabupaten Sleman, Wildan Solichin.
Terkait hal ini, Inspektur Utama (Irtama) BKKBN Ary Dwikora Tono beri tanggapan.
Menurutnya, kekurangan gizi yang terjadi pada stunting bisa disebabkan karena pola makan dan pola asuh yang keliru, sehingga pertumbuhan anak terhambat.
Ary mengingatkan pentingnya mencegah stunting dengan cita-cita mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045 atau 100 tahun kemerdekaan.
Baca juga: BPIP dan Mahasiswa Gelar Aksi Pancasila Lawan Stunting di Magelang
“Tahun emas ini harus betul-betul bisa mencapai Indonesia Emas, Indonesia yang maju dan berdaulat. Ekonominya kuat, pembangunannya merata, serta rakyatnya turut terlibat dan turut merasakan hasil pembangunan,” ungkap Ary pada keterangan resmi, Senin (7/8/2023).
Angka stunting harus diturunkan serendah mungkin karena bayi dan balita yang hidup saat ini pada 2045 nanti menjadi kelompok usia produktif dan menentukan keberhasilan pencapaian Indonesia Emas.
“Maka, SDM yang berkualitas merupakan kunci mencapai Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu penyiapan SDM itu harus dimulai dari sekarang,” kata Ary.