Terdata Lebih dari 3.700 Warga Kota Semarang Menderita Katarak
Terdapat 176.977 kasus kebutaan di Jawa Tengah dan sebanyak 73,8 persen di antaranya disebabkan oleh katarak.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Penyakit katarak masih menjadi persoalan serius yang dialami masyarakat Indonesia yang bisa memicu kebutaan bila tidak segara ditangani.
Penyakit ini merupakan proses degeneratif berupa kekeruhan pada lensa bola mata yang biasanya jernih.
Bagi penderita katarak, melihat melalui lensa yang keruh mirip seperti melihat melalui jendela yang membeku atau berkabut sehingga mempersulit banyak kegiatan dan mengurangi produktivitas dalam bekerja sehingga menghilangkan ekonomi orang yag mengalaminya.
Selain itu, diperkirakan insiden katarak mencapai 0,1 persen per tahun, ini mengindikasikan setiap tahun terdapat seorang penderita katarak baru di antara 1.000 orang.
Baca juga: Jokowi akan Kirimkan Peralatan Operasi Katarak ke RSUD Kepahiang Bengkulu
Di provinsi Jawa Tengah, prevalensi gangguan penglihatan yang diperoleh melalui survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) di 15 provinsi pada periode tahun 2014-2016, diketahui bahwa terdapat 176.977 kasus kebutaan di Jawa Tengah dan sebanyak 73,8 persen di antaranya disebabkan oleh katarak.
Sementara berdasarkan data Persebaran Kasus Indera Kota Semarang Tahun 2022 dan 2023 yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, terdapat 3.777 orang yang mengalami katarak.
Direktur Primaya Hospital Semarang, dr Aditya Nugraha M.Biomed C.M.C mengatakan, metode penanganan gangguan katarak di Jawa Tengah sudah cukup maju, sama halnya di kota-kota besar lainnya.
"Tindakan penanganan seperti metode phacoemulsifikasi, ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction), hingga operasi bedah retina seperti vitrectomy cukup populer di Jawa Tengah dan kami sudah bisa melayani," kata Aditya di sela-sela operasi katarak gratis bagi pahlawan (veteran) dan pahlawan tanpa tanda jasa (guru) di Semarang belum lama ini.
Bakti sosial yang diikuti oleh 149 peserta yang berasal dari Kota Semarang dan sekitarnya sebagai upaya Primaya Hospital Group dalam mendukung program penanggulangan gangguan penglihatan yang dicanangkan oleh pemerintah.
Saat ini, melakukan operasi menjadi satu-satunya cara untuk menyembuhkan katarak dan dokter akan merekomendasikan untuk melakukan operasi katarak biasanya ketika kehilangan penglihatan mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti mengemudi, membaca, atau menonton televisi.
Namun demikian dalam melakukan operasi katarak melalui berbagai prosedur untuk memastikan apakah seseorang dinyatakan mengalami katarak.
"Setelah hasil diagnosa memastikan kategori katarak maka dilanjutkan dengan pemeriksaan tensi darah dan gula darah sewaktu yang ditujukan untuk memastikan peserta dalam kondisi kesehatan yang layak untuk dilakukan tindakan operasi katarak," kata Aditya.
Terkait program katarak gratis ini, Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital Group mengatakan, program ini sesuai dengan misi yakni memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan penuh kepedulian.
"Selain operasi katarak gratis, kami juga mengadakan berbagai seminar kesehatan dan event olahraga virtual. Besar harapan kami, ke depannya kami dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas lagi.
Oleh karena itu, kami akan terus berupaya mengembangkan fasilitas dan layanan serta berinovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia,” katanya.
CAption : Sebagai peserta dari 149 peserta yang berasal dari Kota Semarang dan sekitarnya menjalani operasi katarak gratis yang diadakan Primaya Hospital Group dalam mendukung program penanggulangan gangguan penglihatan yang dicanangkan oleh pemerintah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.