Kasus ISPA di Cilegon Dinilai Bukan Imbas Polutan PLTU Suralaya, tapi Perubahan Cuaca
Kasus warga terinfeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Cilegon terus menurun meski hidup berdampingan dengan PLTU.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Endra Kurniawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus warga terinfeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Cilegon, Provinsi Banten, tercatat terus menurun meski hidup berdampingan dengan PLTU.
Data Dinas Kesehatan Cilegon, ada sebanyak 22.927 temuan kasus infeksi saluran pernapasan dari 434.896 penduduk Cilegon. Data tersebut dihimpun sejak Januari hingga Oktober 2020. Data tersebut menjelaskan penurunan bila dibandingkan kasus ISPA 2019, yaitu 49.437 kasus.
Warga lingkungan Semboja, Suralaya, Cilegon, Provinsi Banten, Taswi mengatakan berdasarkan pengalamannya bahwa penyakit seperti gangguan pernafasan dan batuk muncul lantaran perubahan cuaca, bukan efek polutan.
"Saya pernah batuk, tapi tidak sering. Itu karena perubahan cuaca. Bukan karena efek dari PLTU Suralaya. Saya sudah hidup di sini lebih dari 33 tahun. Dan saya dan keluarga baik-baik saja," kata Taswi, Kamis (28/9/2023)
Menurut Taswi, warga RT03/RW04 Kelurahan Suralaya tidak terpengaruh terhadap adanya PLTU yang memproduksi listrik di sekitar lingkungannya. Taswi sendiri hidup berdampingan dengan PLTU tersebut pada radius kurang dari 1 kilometer.
Baca juga: Kabut Asap dan Penyakit ISPA Meningkat di Sumatera Selatan, DPD IMM: Butuh Tindakan Tegas
"Pernah batuk, tapi itu saat perubahan cuaca biasa," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Kota Cilegon Dana Sujaksani saat menjabat sebagai Plt Kepala Dinas Kesehatan Cilegon mengatakan Cilegon merupakan kota industri banyak asap. Namun tak signifikan mempengaruhi kasus ISPA.
“Namun itu tidak signifikan berakibat pada ISPA,” katanya.
Baca juga: Penyakit Saluran Pernapasan ISPA: Penyebab, Gejala, Cara Mencegah dan Mengobati
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan emisi PLTU Suralaya menunjukkan tren baik di mana masih di bawah Baku Mutu Ambien (BMA) yang ditetapkan pemerintah.
Emisi PLTU Suralaya sudah terkonsentrasi hanya di sekitar kawasan pembangkitan menyusul diterapkannya teknologi berbasis tinggi.
Rata-rata PLTU sudah dipasang Electrostatic Precipitator atau yang sering disebut ESP. Hasil efisiensi penyaringan abu dengan ESP dapat mencapai 99,5 persen.