Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kronologi Tewasnya Bocah 7 Tahun di Bekasi, Bermula dari Operasi Amandel Berujung Mati Batang Otak

Nasib pilu A (7) yang meninggal dunia setelah didiagnosa mati batang otak. Sempat menjalani operasi amandel.

Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Kronologi Tewasnya Bocah 7 Tahun di Bekasi, Bermula dari Operasi Amandel Berujung Mati Batang Otak
Kolase/TribunJakarta.com/Kompas.com
A (7) meninggal dunia setelah didiagnosa mengalami mati batang otak. Sebelumnya, A sempat menjalani operasi amandel di (RS) Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi. 

"Tetapi di saat itu anak saya terlihat kesusahan dalam mengambil napas karena terlihat anak saya berusaha mengambil napas lewat mulutnya sekitar tiga kali seperti orang mendengkur keras," jelas Albert.

"Setelah itu anak saya mengalami henti napas dan henti jantung," sambung Albert.

"Dokter anestesi dan perawat langsung melakukan resusitasi jantung dan memasang ventilator."

Tak berselang lama, A turut mengalami kejang-kejang hebat.

Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih,
Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (29/9/2023). Pihak RS menanggapi berkait adanya keluhan dari Albert, orangtua pasien A (7) yang didiagnosis mati batang otak usai operasi amandel.

Baca juga: Anak 7 Tahun yang Mati Batang Otak Setelah Operasi Amandel Dikabarkan Meninggal Dunia

Namun hingga Kamis (28/9/2023), kondisi kesehatan A kian menurun hingga kehilangan kesadaran.

"Di hari Jumat malam pihak dokter mendiagnosis anak saya sudah mati batang otak berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) anak saya."

Kondisi A berbanding terbalik dengan kakaknya yang hingga kini sehat.

Berita Rekomendasi

Albert menyebut, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk mengetahui penyebab A mengalami mati batang otak secara mendadak.

Namun, pihak rumah sakit tidak pernah memberikan kejelasan.

Albert akhirnya melaporkan sejumlah dokter ke Polda Metro Jaya atas dugaan malpraktik.

"Kami ada melaporkan sekitar depan orang terlapor. Itu sudah meliputi dokter yang terkait yang melakukan tindakan Mulai dari dokter anestesi dokter THT, spesialis anak sampai dengan direktur RS tersebut," ujar kuasa hukum orangtua korban, Cahaya Christmanto, dikutip dari TribunJakarta.com, Senin (2/10/2023).

Sebelum melapor ke Polda Metro Jaya, keluarga korban telah melayangkan somasi kepada pihak RS Kartika Husada.

Namun sejak somasi dilayangkan pada 27 September 2023, pihak rumah sakit tidak memberikan respons.

"Di situ ada perdebatan panas dan keributan sehingga mereka mau memberikan resume hasil medis, tapi tidak memberikan rekam medis," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas