Kemarau Panjang Sebabkan Omset Pedagang Sayur di Pekanbaru Turun hingga 70 Persen
Hal ini dikarenakan para petani banyak yang gagal panen, sehingga harga jual juga semakin naik
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Kemarau panjang yang terjadi turut berdampak pada penjualan buah dan sayur di Pekanbaru, Riau.
Pedagang sayur dan buah di Jl Kartama Pekanbaru mengaku, pendapatannya turun hingga 70 persen.
Turunnya omset para pedagang juga dipengaruhi turunnya minat beli masyarakat.
Jenis buah dan sayuran yang dipajang dan dijejer di tempat para pedagang tampak jauh berkurang.
Hal ini dikarenakan para petani banyak yang gagal panen, sehingga harga jual juga semakin naik, yang juga menjadi salah satu pemicu kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja.
Salah seorang pedagang sayur Jalan Kartama, Ibu Purba mengatakan, jika biasanya jual beli dalam satu hari bisa mencapai Rp1 juta, namun untuk saat ini rata-rata penjualan dalam satu hari hanya Rp300.000. Sementara ia juga membeli jenis sayur dengan para petani.
Baca juga: Bantuan Air Bersih Disalurkan ke Warga Jawa Barat yang Mengalami Kekeringan Akibat Kemarau
"Sejak kemarau ini memang cukup berdampak hasil panen petani, yang tidak lagi seperti dulu, akibatnya harga modal kita ambil jadi naik. Inilah yang membuat kami pusing, tambah lagi daya beli masyarakat tidak lagi seperti dulu," kata Ibu Purba kepada Tribun, Selasa (24/10/2023).
Untuk jenis sayur yang cepat layu seringkali tidak habis, bahkan sudah dibawa ke pasar kaget pun dikatakan Ibu Purba masih banyak bersisa.
"Dulu kalau tidak habis di sini, kita bawa ke pasar kaget itu biasanya habis walaupun tinggal sedikit, nanti tinggal kita obral sore atau malam dengan harga 1.000 satu ikat. Biasanya habis semua tapi sekarang bawa 500 ikat ke pasar kaget pulangnya masih banyak membawa sisanya," ujarnya.
Agar tidak terbuang begitu saja, dikatakan Ibu Purba, dirinya memberikan sisa sayur yang sudah tidak layak jual tersebut kepada para peternak babi, yang rutin mencari sisa sayur di sana.
"Terkadang sudah layu tapi masih bagus dan bisa dimakan, langsung kita masak di sini. Begitulah kehidupan kami saat ini di sini, yang penting bisa makan, dengan memasak sayur yang bersisa dan masih bagus untuk dikonsumsi. Saat ini kami juga bawa kompor dan alat masak di sini," ujarnya.
Diakui Ibu Purba, dulunya sebelum seperti kondisi saat ini bahkan di tempat tersebut seringkali macet karena banyak kendaraan yang berhenti untuk singgah membeli sayuran. Namun saat ini sudah sangat sepi kondisinya.
Pedagang lainnya, Renti mengatakan, dirinya juga merasakan pendapatan jauh berkurang dalam satu hari. Bahkan ia yang rata-rata biasa mendapatkan Rp1,5 juta dalam satu hari saat ini rata-rata Rp750.000 saja.
"Sekarang sangat jauh berkurang, tidak lagi seperti dulu kondisinya. Di sini sekarang jauh lebih sepi. Kalau dulu sangat ramai di sini yang berbelanja, namun sekarang sudah jauh berkurang, pendapatan kita pun jauh berkurang jadinya," ujar Rinti kepada Tribun.