Petrokimia Gresik Pasok 36.000 Liter Green Surfactant untuk Optimasi Produksi Migas Lapangan Walio
Pabrik Green Surfactant Petrokimia Gresik yang berdiri sejak 2020 ini memiliki kapasitas produksi sebesar 600kL per tahun
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petrokimia Gresik mendukung optimalisasi produksi minyak bumi dalam negeri dengan berkontribusi pada proyek injeksi Huff and Puff di Lapangan Walio, Kabupaten Sorong, Papua Barat, menggunakan Green Surfactant.
Proyek ini ditandai dengan pemberangkatan Green Surfactant oleh SEVP Operasi Petrokimia Gresik, I Ketut Rusnaya, mewakili Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo di Gresik, Jawa Timur, baru-baru ini.
Petrokimia Gresik menjadi satu-satunya industri dalam negeri yang mampu menghasilkan Green Surfactant dan saat ini mengoperasikan 2 pabrik asam sulfat dengan kapasitas total 1.170.000 ton/tahun. Salah satu produk intermediate dari pabrik tersebut adalah gas SO3 yang merupakan bahan baku Green Surfactant dengan jumlah yang melimpah dan kualitas yang stabil.
Pabrik Green Surfactant Petrokimia Gresik yang berdiri sejak 2020 ini memiliki kapasitas produksi sebesar 600kL/Tahun.
Saat ini pabrik tersebut telah melakukan banyak sekali improvement, sehingga produk Green Surfactant yang hasilkan jauh lebih stabil dan telah memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam IOR/EOR, atau sesuai dengan permintaan pasar.
Baca juga: Petrokimia Gresik Sukses Dorong Tranformasi Lingkungan Peternakan Sapi Terintegrasi Jadi P4S
Pada tahun 2026 kapasitas produksi pabrik Green Surfactant Petrokimia Gresik diproyeksikan mencapai 5500kL/ tahun.
Dalam kesempatan terpisah, Dwi Satriyo, Jumat (27/10/2023) menyampaikan, proyek Huff & Puff di Lapangan Walio dengan skema No Cure No Pay ini dimulai pada bulan November 2023.
Petrokimia Gresik berkolaborasi bersama beberapa pihak, dimana Petrokimia Gresik bertugas menyuplai Green Surfactant sebanyak 36.000 liter. Selanjutnya Green Surfactant tersebut diformulasikan oleh PT Dunia Kimia Jaya dan diinjeksikan di lapangan oleh PT Enerproco Global Indonesia.
"Green Surfactant sebelum mengikuti proyek ini telah melewati beberapa tahapan uji coba yang dipersyaratkan, yaitu IFT 10-3 dan Windsor type III pada uji phase behavior serta dalam uji imbibisi, Green Surfactant mampu menghasilkan nilai recovery yang cukup menjanjikan," ungkap Dwi Satriyo.
Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik, Digna Jatiningsih menjelaskan, Green Surfactant produksi Petrokimia Gresik merupakan satu-satunya produk surfaktan ramah lingkungan yang dihasilkan di dalam negeri untuk mengoptimalkan eksplorasi minyak bumi dengan metode Improved Oil Recovery (IOR) dan Enhanced Oil Recovery (EOR).
Pada proses Huff and Puff kali ini, Green Surfactant diformulasi dengan chemical lain dan diinjeksikan pada sumur minyak, lalu didiamkan (soaking) beberapa waktu. Dalam beberapa waktu kemudian diproduksikan kembali pada sumur tersebut.
"Proses injeksi ini dapat memisahkan minyak bumi yang masih menempel pada bebatuan sehingga meningkatkan perolehan minyak bumi," beber Digna Jatiningsih.
SEVP Operasi Petrokimia Gresik, I Ketut Rusnaya, usai memberangkatkan suplai Green Surfactant menyampaikan bahwa Produk Green Surfactant tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi, tetapi juga mampu mengeluarkan minyak mentah dari lapangan atau sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi lagi.
Ketut menjelaskan, aktivitas pengeboran minyak suatu saat akan turun produktivitasnya, meskipun cadangan yang ada di dalam sumur masih banyak. Ini terjadi karena minyak terjebak pada bebatuan atau lainnya. Dengan menggunakan Green Surfactant akan ada peningkatan produksi minyak yang awalnya tertinggal karena susah terproduksikan sekarang bisa dioptimalisasi.
"Huff and Puff Green Surfactant di Lapangan Walio nantinya diharapkan berlanjut menjadi pilot project EOR yang dapat semakin menunjukkan kualitas dari produk kami,” ujar Ketut.
Ketut mengungkapkan Green Surfactant memiliki potensi pasar yang besar mengingat harganya lebih kompetitif dan lebih ramah lingkungan. Di sisi lain sumur migas di Indonesia juga sangat banyak.
"Kerja sama ini menjadi salah satu wujud dan peran bersama dalam membangun kemandirian bangsa serta dalam rangka mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan bahan penolong, seperti Surfaktan," ungkap Ketut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.