Mengenal SD 001 Lingga yang Bangunannya Sudah Berdiri sejak 100 Tahun Lalu dan Jadi Cagar Budaya
bangunan SDN 001 Lingga tesebut merupakan Benda Cagar Budaya (BCB) yang sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu.
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
“Pada waktu SR itu, sekolah ini terdiri dari 4 kelas, berbentuk L terputus. Baru kemudian diambil, alih Belanda. Belanda juga sempat memakai sekolah tersebut. Baru kemudian menjadi sekolah SD 044. Kemudian seiring kemerdekaan RI barulah sekolah tersebut menjadi SD 01, kemudian SD 001,” ungkap Lazuardi, yang juga menamatkan SD di sekolah ini.
Baca juga: Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Balekambang Solo untuk Indonesia
Pembelajaran menggunakan aksara Arab Melayu ini kata Lazuardi, membuat dunia penulisan di Lingga berkembang.
Jadi tak heran, jika orang-orang Melayu Lingga sudah mengenal tulisan sekalipun tidak berketurunan bangsawan.
Berbeda dengan di Jawa, yang mana sekolah-sekolah dibangun hanya untuk kaum bangsawan dan orang-orang istana.
Selain bangunan sekolah SD 001 yang bersejarah, di lokasi yang sama juga terdapat sebuah sumur atau perigi yang dibangun juga l sejak zaman sultan.
Sumur tua dengan cap tanggal pembuatan di dinding betonnya.
Sampai saat ini, kondisi perigi tersebut masih dapat digunakan oleh warga sekitar. Bahkan saat kemarau, perigi tersebut tak pernah kering.
“Perigi juga dibangun, ia menjadi sumber air untuk warga seluruh kawasan Daik. Di perigi juga terdapat tahun pembuatan dengan tulisan Arab Melayu,” ungkapnya.
Sementara itu, Ismail Ahmad salah seorang tokoh masyarakat Lingga yang juga mantan Lurah Daik mengatakan, dia juga bersekolah di sana.
“Tahun 1955 saya sekolah di sana, waktu itu masih SR. Kalau tidak salah, umur sekolah itu sudah 75 tahun waktu saya sekolah. Bentuk sekolah tak ada yang berubah, cuma dulu dicat berwarna hitam,” tutur Ismail yang dikutip dari laman Pemkab Lingga.
Semasa masih merupakan sekolah rakyat, kenang Ismail tak hanya orang-orang Melayu yang bersekolah di sana. Karena hanya satu-satunya sekolah, dikatakannya, baik warga Tionghoa, maupun Keling yang ada di Lingga, semua bersekolah di sana.
“Bukan hanya orang Daik, semua orang di Lingga sekolah disini. Banyak yang jadi pengulu (Lurah) sekolah di sini. Dulu semua mahir menulis arab melayu, masa itu bahkan orang-orang cinapun tulisan arab melayunya bagus-bagus,” jelas Ismail.
Ismail ingin sejarah sekolah tertua di Kepri ini diketahui oleh sebanyak-banyaknya orang Lingga. Terutama anak-anak muda yang peduli pada sejarah.
“Sekolah ini adalah bagian dari sejarah dunia pendidikan di Lingga yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja, tutupnya.
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Sekolah di Lingga Sudah Ada Sejak Zaman Kesultanan, Kini Berumur 148 Tahun