Manfaat 3 in 1 Eceng Gondok, Warga Mandiri Waduk Cengklik Jadi Lestari
Warga Dukuh Turibang, Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali, gotong royong memanfaatkan eceng gondok Waduk Cengklik
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI – Warga Dukuh Turibang, Desa Sobokerto, Ngemplak, Boyolali, gotong royong memanfaatkan eceng gondok Waduk Cengklik menjadi tiga produk energi untuk mendukung sistem pertanian. Hal ini sejalan dengan tujuan Pertamina Go Green, memperkuat strategi untuk menurunkan emisi secara ramah lingkungan.
Sudah setahun terakhir, program ini berjalan, manfaatnya telah dirasakan warga satu kelurahan. Bahkan menyeberang hingga kelurahan tetangga.
Awalnya dibentuk September 2022, program bernama SRIEDARI (Sobokerto Mandiri, Waduk Cengklik Lestari ini dulunya bernama Mas Sopili (Masyarakat Sobokerto Peduli Waduk Cengklik).
Pembentukan SRIEDARI menjawab keresahan warga terutama yang mengandalkan hidup dari waduk, merugi karena tingginya pertumbuhan eceng gondok. Tak sedikit jala dan dayung tersangkut, nelayan tak leluasa lagi gara-gara merebaknya eceng gondok.
Sampai pada akhirnya seorang Turut Raharjo, berkenalan dengan program Corporate Social Responsibillity (CSR) Mitra Binaan PT Pertamina Patra Niaga DPPU Adi Sumarmo. Didaulat sebagai koordinator SRIEDARI, Turut bersama Pokmas Ngudi Tirto Lestari kemudian memproduksi tiga produk olahan dari eceng gondok.
“Kini dengan adanya IPAL domestik dan IPAL digester biogas, kami sudah bisa mengolah eceng gondok menjadi pupuk organik, pupuk cair, dan bahan bakar biogas,” jelas Turut kepada Tribunnewscom, Senin (30/10/2023).
Turut mengakui, pemanfaatan dengan mengurangi eceng gondok diperlukan sebagai satu cara melestarikan waduk yang sedang tumbuh dari segi wisata. Termasuk juga dimanfaatkan untuk membantu pertanian anggota Pokmas.
Justru misi tersebut dirasakan lebih besar manfaatnya saat warga berhasil menggunakan tiga produk olahan eceng gondok dalam kegiatan sehari-hari. Pertama untuk menyuburkan tanah (pupuk organic), kedua untuk mempercepat pertumbuhan dan membuat hijau tanaman (pupuk cair), serta keperluan memasak.
Kini, masyarakat tengah menyempurnakan olahan ipal digester eceng gondok disalurkan ke genset menjadi energi listrik untuk penerangan kampong sekitar.
“Kami juga memanfaatkan demplot dukungan Pertamina dan Kelurahan ntuk diolah dan menjadi tempat praktik anggota Pokmas,” ucap Turut.
Ia pun membeberkan cara dan bahan yang digunakan untuk mengolah eceng gondok.
Untuk membuat pupuk 50kg, disiapkan sekitar 100kg eceng gondok yang sudah dicacah. Kemudian dicampur dengan cairan MP4, kotoran hewan 30kg, tetesan tebu menjadi satu olahan untuk kemudian difermentasi selama 21 hari dengan catatan diaduk selama sepekan.
“Terbukti, hasilnya memuaskan. Kebun bayam dan kangkung saya tanpa rabuk dari pabrikan pakai pupuk olahan eceng gondok bisa lebih lebat, lebih berat, lebih subur,” kata dia.
Seksi Demplot Pokmas Ngudi Tirto Lestari, Dalmanto, menambahkan, kelebihan menggunakan pupuk olahan eceng gondok karya kelompoknya yang utama adalah mempercepat masa panen.
Produk pupuk padat organik dan pupuk cair misalnya, telah dipercobakan kepada seluruh anggota pokmas.
Hasilnya? Dalmanto dengan percaya diri bangga, masa panen lebih cepat 3-5 hari.
Bapak berusia 51 tahun ini memberi contoh, tanaman kangkung milik anggota pernah menjalani eksperimen. Masa panen kangkung awalnya 25 hari dengan pupuk kimia, setelah dicoba lagi menanam kangkung menggunakan pupuk POC olahan eceng gondok, panen kangkung maju menjadi 20 hari.
"Alhamdulilah ya, sudah dicoba ke tanaman kangkung, sawi, kenikir, bahkan padi di sawah saya pakai pupuk oahan eceng gondok. Semua (masa panen) maju 3-5 hari," terangnya.
Pemanfaatan produk olahan eceng gondok lainnya adalah pemanfaatan biogas. Dalmanto mengungkap, 21 hari fermentasi eceng gondok menjadi biogas dapat digunakan untuk kebutuhan memasak berhari-hari tergantung penggunaan.
"Kalau pakai ban (penampung gas) lebih besar, bisa jadi dipakai semingguan, tergantung masak apa saja ya," bebernya.
Pertamina Memilih
Area Manajer Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Tengah, Brasto Galih Nugroho, menjelaskan, bendungan merupakan kawasan penting bagi penerima manfaat irigasi berikut juga bagi masyarakat sekitar yang berpengaruh pada keberlangsungan ekosistem serta sebagai penampung air.
Keberadaannya sangat vital bagi masyarakat yang bergantung terhadap bendungan. Salah satu bendungan yang keberadaannya sangat dijaga yakni Waduk Cengklik .
Waduk Cengklik terletak di tiga desa yakni Desa Sobokerto, Desa Senting, dan Desa Ngargorejo. Waduk ini merupakan pemberi suplai irigasi bagi setidaknya kurang lebih 3.500 Ha di bagian hulu yang mencangkup 3 kecamatan yakni Kecamatan Ngemplak dan Nogosari.
Menurut data dari Desa Sobokerto pada Tahun 2020, setidaknya terdapat 12 Ha wilayah di sekitar desa yang mengalami penurunan kualitas atau yang disebut lahan kritis yang terdapat di beberapa dusun, salah satunya yakni Dusun Turibang, yang berada di wilayah timur Waduk Cengklik terdapat lahan kritis seluas ± 5-6 Ha. Selain penurunan kapasitas penampungan air, terdapat juga pendangkalan waduk akibat tumbuh banyak enceng gondok.
Adapun penyebab banyaknya enceng gondok dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah limbah rumah tangga yang mengalir ke waduk, serta pertanian keramba, yang mana zat yang terkandung dalam pakan ikan yang dikembangbiakkan petani memancing pertumbuhan enceng gondok.
“Berdasarkan hal itu, maka perlu langkah penanganan keberdaan gulma enceng gondok di Waduk Cengklik yang berubah menjadi bermanfaat bagi kehidupan masyarakat khusunya yang tinggal di sekitar Kawasan Waduk Cengklik. Enceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan biogas sehingga pendampingan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dilakukan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Sumarmo berfokus pada hal tersebut,” paparnya kepada Tribunnews, Selasa (31/10/2023).
Selain itu perlu juga dilakukan pendampingan program yang ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Waduk Cengklik dengan memanfaatkan potensi lokal untuk menumbuhkan ekonomi
Lanjutnya, masyarakat yang ada di Desa Sobokerto juga melibatkan masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan di sekitar tempat tinggal. Sasarannya adalah kaum perempuan yang tergabung dalam kelompok wanita tani / KWT.
Dalam praktiknya, mitra CSR Pertamina digodok dan diwujudkan dengan tahapan tak asal-asaan.
Proses kurasi, pemilihan dan pengembangan pun dilakukan mulai dari pemetaan, diskusi dengan kelompok masyarakat, tokoh hingga pemerintah daerah setempat.
Khusus di Jawa Tengah, Brasto menambahkan, fokus target adalah bertempat di sekitar pengisian pesawat udara Adi Sumarmo.
“Kemudian setelah adanya pemetaan kebutuhan dan potensi kemudian diusulkan program ke pusat dan disetujui program, kemudian dibuat road map 5 tahunn serta sasaran-sasaran yang akan dicapai,” tambahnya.
Tak berhenti di situ, Pertamina juga melakukan pengembangan bagi mitra binaan CSR yang ditempatkan di depot-depot terdekat. Outputnya pada tahun terakhir mitra binaan dapat berjalan mandiri karena telah mendapat manfaat dari program ini.
(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.