Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lawan Stigma dengan Rangkul ODMK, Kini Tak Ada Jalan Mundur bagi Triana

Triana Rahmawati mendirikan Griya Schizofren sebagai komunitas sosial yang peduli pada orang dengan masalah kejiwaan. Misinya, memanusiakan ODMK.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Lawan Stigma dengan Rangkul ODMK, Kini Tak Ada Jalan Mundur bagi Triana
YouTube/Fellexandro Ruby-Instagram/@griya.schizofren
Triana Rahmawati mendirikan Griya Schizofren sebagai komunitas sosial yang peduli pada orang dengan masalah kejiwaan. Misinya, memanusiakan ODMK. 

Usut punya usut, ada Griya Schizofren di balik kegiatan ini.

Kalimat Pelecut Semangat

Griya Schizofren merupakan komunitas sosial di Kota Surakarta, Jawa Tengah yang peduli terhadap ODMK.

Komunitas tersebut digagas oleh Triana Rahmawati pada 10 Oktober 2012.

Kala itu, statusnya masih sebagai mahasiswi jurusan Sosiologi di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan aktif di sejumlah kegiatan sosial.

Saat menempuh kuliah di jurusan tersebut, Triana rupanya memiliki ketertarikan terhadap masalah kejiwaan.

Hal ini dilatarbelakangi tempat tinggal atau kosnya yang dekat dengan panti rehabilitasi ODMK.

Panti tersebut dihuni oleh sejumlah ODMK yang telah keluar dari rumah sakit jiwa, tapi keluarga belum siap menerima kehadiran mereka kembali.

Berita Rekomendasi

"Saya tertarik (dengan masalah kejiwaan) karena tanpa disadari saya tinggal bersama mereka di satu lingkungan. Di deket kosan saya, ada panti rehabilitasi untuk ODMK," ujarnya.

Hingga akhirnya Triana mengalami satu peristiwa yang mengubah pandangan sekaligus jalan hidupnya.

Peristiwa itu terjadi di tengah bulan Ramadhan. Saat itu, Triana menunggu waktu berbuka di sebuah warung makan.

Tak lama, terdengarlah suara azan yang diserukan oleh orang dengan masalah kejiwaan.

Tria, sapaan karibnya, pun langsung bertanya kepada pemilik warung makan apakah ia sudah boleh berbuka puasa? Namun jawaban yang diterimanya, sangat mengejutkan.


"Ibunya bilang, 'nggak boleh, mbak, iku wong edan, ora usah digubris (tidak boleh, mbak, itu orang dengan masalah kejiwaan, tidak perlu dihiraukan),'" kata Tria menirukan ucapan pemilik warung makan tersebut.

Jawaban pemilik warung tersebut langsung mengusik nuraninya. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepala Tria, memunculkan pertanyaan demi pertanyaan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas