Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Griya Schizofren: Wadah Anak Muda Memanusiakan ODMK Demi Hapus Stigma Negatif, Interaksi jadi Kunci

Griya Schizofren andalkan interaksi untuk jadi wadah anak muda memanusiakan ODMK. Terus berupaya hapus stigma negatif kaum marginal di masyarakat.

Penulis: Isti Prasetya
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Griya Schizofren: Wadah Anak Muda Memanusiakan ODMK Demi Hapus Stigma Negatif, Interaksi jadi Kunci
Instagram/griya.schizofren
Dua Warga ODMK (kiri dan tengah) di Griya PMI Peduli Surakarta. Tempat Griya Schizofren andalkan interaksi untuk jadi wadah anak muda memanusiakan ODMK. Terus berupaya hapus stigma negatif kaum marginal di masyarakat. 

Namun, rasa waswas itu menjadi haru lantaran disambut hangat oleh warga Griya PMI Peduli Solo.

Tria mengaku tak pernah dilukai atau dipukul selama pendampingan berlangsung. 

"Yang ada mereka datang dan nanya kabar dengan sangat hangat, tulus. Kalau yang perempuan, dia suka meluk. Dia bilang, 'Mbak, aku kangen sama kamu, aku sayang sama kamu'," ucap Tria menahan haru.

Jauh dari keluarga, terpinggirkan, ditakuti masyarakat membuat Tria berkomitmen untuk ‘hadir’ bagi ODMK yang juga merasakan rindu.

Untuk mengobati kehampaan ODMK, kegiatan berkembang ke aktivitas yang lebih interaktif seperti mengajak berkreasi dengan menggambar, mewarnai, hingga merajut.

Termasuk saat HUT ke-78 Republik Indonesia, Griya Schizofren menggelar sejumlah lomba yang diikuti 130 orang dengan masalah kejiwaan.

Kebahagiaan begitu terpancar saat mereka mengikuti lomba makan kerupuk, joged balon, balap sarung, estafet karung.

Berita Rekomendasi

"Lomba ini sudah menjadi agenda rutinan Griya Schizofren. Begitu juga saat Idul Fitri, Idul Adha, Hari Kartini, Hari Kesehatan Jiwa, dan lainnya, selalu ada agenda kegiatan tersendiri yang dilakukan," ucap Tria.

Berbagai kegiatan itu memiliki satu tujuan, adanya interaksi yang positif antara ODMK dengan masyarakat sekitarnya. 

Demi memperluas relasi, Tria dkk juga menggandeng relawan sosial untuk ikut berinteraksi dengan ODMK binaan Griya Schizofren.

“Kami dan para volunteer berinteraksi teman-teman ODMK, menyanyi, merajut dan kegiatan lain, intinya ada kegiatan antara masyarakat umum dengan ODMK,” ujar Tria.

Para volunteer hadir seminggu satu kali dan tidak lebih dari dua jam.


Waktu tersebut dapat membangun kesadaran para relawan bahwa ODMK tetaplah manusia yang tidak perlu ditakuti, diolok-olok, apalagi dijauhi.

Para relawan Griya Schizofren mendampingi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) di Griya PMI Peduli, Surakarta.
Para relawan Griya Schizofren mendampingi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) di Griya PMI Peduli, Surakarta. (Instagram/griya.schizofren)

Pendampingan Griya Schizofren terbilang sederhana dengan kunci konsisten.

Bagi Tria, ukuran keberhasilan komunitas Griya Schizofren bukanlah angka kesembuhan para ODMK di Griya PMI Peduli Solo.

Lagi-lagi, interaksi menjadi kunci untuk membangun ruang edukasi dan menghapus stigma negatif ODMK di lingkungan masyarakat.

“Orang-orang dengan masalah kejiwaan sama seperti itu masalahnya. Jadi target kita bukanlah kesembuhan, tapi interaksi yang banyak ke masyarakat dan stigma negatif yang menurun di masyarakat."

"Ini loh teman-teman ODMK sejatinya kalau diajak ngobrol, diajak berkegiatan itu tidak berbahaya, " terangnya. 

Tria dan sukarelawan di Griya Schizofren berharap masyarakat bisa mendapatkan informasi secara utuh mengenai ODMK, yang berbeda dengan stigma negatif yang selama ini berkembang.

Ia ingin agar masyarakat semakin tahu dan paham, ODMK juga memiliki akses yang terbuka untuk dihargai sebagai manusia yang punya kemampuan.

Bahkan ketika ada ODMK yang dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, tak serta merta membuat Tria besar kepala.

Sebab baginya, Griya Schizofren tak berhak mengklaim kesembuhan itu berkat pendampingan mereka.

“ODMK yang sembuh lalu pulang memang ada. Tapi kami nggak bisa klaim itu karena Griya Schizofren tidak mendampingi mereka selama 24/7. Kami hanya mendampingi lewat program-progam yang sederhana,” tambah Tria.

Diakui Tria, dengan komitmen untuk hadir, membuat ia mendapatkan timbal balik berupa rasa syukur untuk kesehatan jiwanya. 

“Karena aku juga punya jiwa. Berarti kemungkinan aku bisa seperti mereka atau punya masalah kejiwaan itu juga besar. Itulah kenapa aku bisa menghargai kesehatan jiwaku ketika bertemu dengan mereka."

"Mereka mengajarkan aku untuk bersyukur kalau kesehatan jiwa yang kita miliki sering kita lupakan padahal itu menempel di dalam diri”, ucapnya.

Hampir Putus Asa, Bersemangat karena SIA 2017

Triana Rahmawati, pendiri Griya Schizofren, komunitas sosial di Kota Surakarta, Jawa Tengah yang peduli terhadap ODMK.
Triana Rahmawati, pendiri Griya Schizofren, komunitas sosial di Kota Surakarta, Jawa Tengah yang peduli terhadap ODMK. (YouTube/Fellexandro Ruby)

Tahun 2017 Tria pernah hampir menyerah karena merasa tak ada perubahan berarti yang terjadi.

Padahal kala itu usahanya telah dilirik media sebagai contoh gerakan sosial yang dapat menginspirasi anak muda.

“Tahun 2017 kami sudah masuk ke pemberitaan di beberapa media, tapi kok malah merasa stuck, tidak ada hasil yang kelihatan,” kata dia.

Suami Tria kemudian jadi pendorong dengan mendaftarkan Tria pada apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards (SIA) 2017.

Dalam proses penjurian SIA 2017 tersebut justru Tria mendapatkan semangat baru.

“Apa yang dirasakan adalah kendala yang bikin kami berkembang, itu bukan pertanda buruk, semua adalah perjalanan,” terangnya.

Meski bukan berlatar medis atau psikologi yang erat bersinggungan dengan ODMK, Tria menyadari tenaga medis di masyarakat terbatas, untuk melakukan perubahan terkait ODMK perlu partisipasi besar dari masyarakat.

“Partisipasi dari masyarakat umum sangat krusial, tapi bagaimana mau ikut berpatisipasi untuk mendampingi ODMK kalau tidak ada edukasi, tak ada informasi yang benar dan interaksi di antara OMDK dan masyarakat,” terang Tria.

Ketakutan itu, lanjut Tria, akhirnya jadi hal kunci melakukan perubahan.

“Kami dan teman-teman di Griya Schizofren hadir untuk melakukan perubahan itu, memberi edukasi ke masyarakat, informasi yang benar sehingga bisa membantu ODMK," lanjutnya.

Baca juga: Gelar Temu Daerah, BEM Nusantara DKI Suarakan Keadilan Hukum dan Sosial

Tria tidak pernah menyangka bahwa pada akhirnya ia menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 Bidang Kesehatan.

“Menjadi bagian dari SATU Indonesia Awards ini sungguh bukan karena aku lagi semangat atau pesimis. Tapi aku benar-benar lagi down buat ngelanjutin komunitas Griya Schizofren. Terima kasih Astra melalui Program SATU Indonesia Awards-nya. Astra menjadi bagian nafas kebaikan yang jauh lebih panjang”, tulis Tria pada akun Instagram-nya.

Tria  ingin generasi muda semakin lebih terbuka tentang masalah kejiwaan di masa mendatang dan akan berdampak baik di masa depan Indonesia.

Generasi muda, dengan ilmu yang benar, tidak takut saat bertemu dengan ODMK.

"Jadi output yang paling membahagiakan buat saya ketika teman-teman generasi muda khususnya dan masyarakat umumnya ada yang bilang dia tidak lagi takut melihat ODMK, nyaman dengan mereka."

Ruang interaksi sosial yang aman dan terbuka antara orang biasa dengan ODMK diharapkan bisa terwujud.

“Penurunan stigma negatif, peningkatan interaksi, bertambahnya orang yang aware terhadap kesehatan mental, dukungan masyarakat adalah tujuan utama Griya Schizofren dalam gerakan ini,” ungkap Tria.

“Memanusiakan manusia ODMK dengan membuka akses ke pekerjaan. Caranya kami kasih ketrampilan, interaksi dengan masyarakat jadi akses sosial yang bisa jadi jalan kembali ke masyarakat,” pungkasnya.  (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas