Taman Kehati Aqua Klaten, Menjaga Keanekaragaman, Membangun Kebermanfaatan
Taman Kehati Aqua Klaten ini menjadi wujud dari upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Pabrik Danone Aqua Klaten.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Sungai Pusur berhulu di wilayah Desa Mriyan Musuk dan bermuara di Desa Boto Kecamatan Wonosari sampai dengan Desa Serenan Kecamatan Juwiring, Klaten, dengan panjang hulu ke hilir mencapai 36,8 km.
Karena lokasinya di bagian tengah-tengah inilah, Taman Kehati juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan di Sub-Daerah Aliran Sungai Pusur.
Di sekitar Taman kehati, saat ini mulai banyak wisata rivertubing. Tumbuhnya wisata river tubing ini juga tak lepas dari peran Aqua Klaten dalam mendorong perekonomian masyarakat sekitar, khususnya di sepanjang aliran Sungai Pusur.
Melalui inisiatif pemanfaatan sungai ini, masyarakat juga turut diajak untuk melestarikan dan merawat sungai.
"Taman Kehati dilalui oleh Sungai Pusur. Banyak objek pembelajaran di dalamnya, bagaimana menjaga sungai, memelihari sungai, apa yang perlu kita lakukan terhadap sungai agar sungai itu tetap lestari."
"Sungai ini banyak sekali manfaat dan penerima manfaatnya. Ini salah satu komitmen dari Aqua sendiri untuk mengalirkan kebaikan. Kebaikan untuk pelestarian sumber daya alam, kebaikan untuk peningkatan taraf ekonomi, kebaikan untuk hidup menjadi lebih baik," terang Nanda.
Taman Kehati Aqua Klaten juga menjadi pusat penyebaran edukasi dan pelatihan, dan sebagai pendidikan untuk mengetahui bagaimana memantau kualitas sungai.
Metode yang dilakukan yakni menggunakan Biotilik, yakni metode pemantauan kesehatan sungai dengan menggunakan indikator makro invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) seperti bentos, capung, udang, siput, dan cacing.
Nanda menjelaskan, Biotilik merupakan metode yang mudah dan murah untuk digunakan karena hanya memerlukan pengambilan sampel biota di dasar, tepian sungai atau yang menempel di bebatuan atau substrat.
Biota yang ditemukan tinggal dicocokkan dengan biota yang tertera dalam gambar panduan yang terdapat di dalam modul.
"Hasil pemantauan Biotilik dapat memberikan petunjuk adanya gangguan lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat dirumuskan upaya penanggulangan yang dibutuhkan."
"Bukan analisis yang rumit, nanti tinggal dihitung ketemu nilainya berapa, apakah tercemar, tercemar sedang atau tidak tercemar."
"Berbagai mahasiswa juga melakukan pembelajaran Biotilik disini. Setelah kita training mereka melakukan kajian ekplorasi dari hulu sampai hilir, atau di sungai di wilayah lain," ujar Nanda.
Adapun di aliran Sungai Pusur yang melintasi Taman Kehati ini, setiap dua kali dalam setahun, yakni saat memasuki musim kemarau dan musim penghujan, juga dilakukan pengecekan kesehatan sungai melalui motode Biotilik ini.