Program Dana Indonesiana Bangkitkan Kreativitas Sineas Lokal
Adanya Dana Indonesiana menjadi semangat tersendiri bagi pengelola atau penyelenggara Festival Film Purbalingga.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adanya Dana Indonesiana menjadi semangat tersendiri bagi pengelola atau penyelenggara Festival Film Purbalingga.
Mereka semakin antusias menjalankan agenda tahunan itu, untuk merangsang kreativitas sineas-sineas lokal. Kucuran Dana Indonesiana sebesar Rp 2,5 miliar per tahun, mereka kelola dengan sebaik-baiknya.
Direktur Fesival Film Purbalingga Nangki Nirmanto menceritakan mereka mulai mendapatkan kucuran Dana Indonesia pada 2022 lalu. Mereka masuk kategori penilaian komite seleksi.
’’Jadi langsung ditunjuk Komite Seleksi. Bukan kita melakukan submit atau pendaftaran,’’ katanya dalam keterangan resmi, Jumat (8/3/2024).
Nangki mengatakan, kucuran Dana Indonesiana itu merupakan apresiasi atau penghargaan atas konsistensi mereka.
Khususnya rutin menyelenggaraan Festival Film Purbalingga sejak 2007 lalu. Dia mengatakan uang program Dana Indonesiana yang mereka terima masuk kategori penguatan kelembagaan.
’’Kita senang banget dengan adanya pendanaan ini,’’ ucapnya.
Melalui anggaran itu, mereka menjalankan rangkaian festival dengan aneka kegiatan yang semakin berkualitas. Diantaranya adalah pembuatan film oleh sineas-sineas Purbalingga dan sekitarnya.
Para sineas itu adalah murid-murid dari jenjang SMP dan SMA. Nangki mengatakan setiap tahunnya, kegiatan Festival Film Purbalingga bisa menghasilan sampa 20-30 karya film dari sineas-sineas lokal. Secara khusus dibentuk tim untuk mendampingi pembuatan film. Mulai dari penggalian ide, produksi, sampai dengan pasca produksi.
Film-film yang mengutamakan muatan lokal itu, kemudian diputar lewat media layar tancap. Sebelum ada Dana Indonesia, mereka biasanya hanya bisa membuka sebanyak 16 titik pemutaran layar tancap.
’’Setelah ada Dana Indonesia ini, kita bisa membuka nonton layar tancap sampai 30 titik,’’ ujarnya.
Kemudian pembuatan film bisa sampai melibatkan 20 sekolah.
Nangki mengatakan mereka juga bertekad untuk terus melakukan regenerasi. Caranya dengan membuat kelas-kelas non formal untuk komunitas film lokal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.