Profil Lengkap Sri Sultan HB X yang Hari Ini Berulangtahun ke-78, Foto Saat Muda Jadi Sorotan
Salahs satu foto yang dibagikan merupakan koleksi pribadi, ketika Sultan dan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas melawat ke Italia
Editor: Eko Sutriyanto
Ia menikah dengan Tatiek Drajad Suprihastuti (BRA Mangkubumi/GKR Hemas), putri Kolonel Raden Subanadigda Sastrapranata, pada tahun 1968.
Mangkubumi naik tahta pada 7 Maret 1989 dengan gelar Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Ka 10, Suryaning Mataram, Senopati Ing Ngalogo, Langgenging Bawono Langgeng, Langgenging Tata Panotogomo”.
Sri Sultan HB X dikaruniai 5 orang putri, yakni . Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun (GKR Mangkubumi), GRAj Nurmagupita (GKR Condrokirono), GRAj Nurkamnari Dewi (GKR Maduretno), GRAj Nurabra Juwita (GKR Hayu) dan GRAj Nurastuti Wijareni / GKR Bendara.
Sri Sultan telah memiliki cucu yakni Drasthya Wironegoro, Artie Ayya Fatimasari Wironegoro, Raden Ajeng Nisaka Irdina Yudonegoro
Jabatan: Gubernur Kepala Daerah Tk. I Daerah Istimewa Yogyakarta 1998-2003, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2003-2008, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2008-2012, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 2017-2022 dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 2022-2027.
Pendidikan: SD Keputran I Yogyakarta, SLTP Negeri 3 Yogyakarta, SLTA Negeri 6 Yogyakarta dan UGM Fakultas Hukum Jurusan Ketatanegaraan
Pengalaman organisasi: Ketua Golkar Provinsi DIY 1977-1998, Kadinda Propinsi DIY dan Ketua KONI Propinsi DIY 1990 s/d 1998
Kata-kata Mutiara Sultan HB X
“Yogyakarta selalu terbuka bagi setiap gelar seni budaya, baik yang klasik dan kontemporer maupun gelar seni etnis-etnis Nusantara dan seni budaya dari mancanegara” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 59.
“Lilin adalah cahaya, dan cahaya adalah sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Gelap bukan materi, ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan hampa tanpa cahaya. Oleh karena itu, meskipun lilin bentuknya kecil, ia selalu dapat mengusir gelap” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 32.
“Yogyakarta adalah asrama mahasiswa. Berbagai asrama mahasiswa ada di sini: Riau, Minang, Medan, Flores, dan lain-lain. Itu artinya, karakteristik Yogyakarta adalah bhinneka tunggal ika. Ibarat sup, ia kaya rasa. Tatkala dinikmati pasti lezat. Itulah harmoni kehidupan bermasyarakat yang sejati” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 59-60.
“Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita” - Kutipan dari Monumen Tapak Prestasi, Yogyakarta via stekom.ac.id.
“Keraton bukan pusat kekuasaan dalam pengertian politis dan melahirkan jabatan politis seperti perdana menteri atau patih. Keraton lebih merupakan simbolisasi spiritual, semacam bentuk pemihakan yang ikhlas kepada rakyat” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 20.
“Kedaulatan mestinya ada di tangan rakyat” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 32.
“Saya tidak perlu pangkat untuk mengabdi kepada rakyat” - Sri Sultan HB X dalam wawancara bersama Reuters, April 1999.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.