Menguak Misteri Punden Kyai Lurah Guno Wijoyo, Jejak Klasik Hindu-Buddha di Tepian Bengawan Solo
Yoni yang ditemukan di Bengawan Solo disimpan di dalam ruangan di area Kantor Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Garudea Prabawati
Laporan wartawan Tribunnews, Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Satu batu yoni atau pitha yang lebih dikenal sebagai Punden Kyai Lurah Guno Wijoyo mendiami sebuah ruangan yang berada di area Kantor Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Ketika Tribunnews bertandang, tampak bunga tabur diletakkan di depan pintu masuk dan samar-samar tercium aroma dupa.
Sebuah papan informasi terpasang di samping ruangan tersebut dan berisi informasi tentang punden yang sudah berstatus sebagai benda cagar budaya (BCB) itu.
Ruangan ini tak selalu dibuka sehingga apabila pengunjung ingin masuk ke dalam, dia harus menemui juru kunci lebih dahulu.
Tatkala ditemui Tribunnews di lokasi, juru kunci yang bernama Surada atau Hardio Mulyono (62 tahun) menceritakan asal-usul peninggalan yang berasal dari masa klasik Hindu-Buddha itu.
Hardio berujar yoni itu ditemukan di tepian Sungai Bengawan Solo.
"Zaman dulu ada kedung di sebelah timur itu, orang Tambakboyo diberi mimpi oleh orang sepuh untuk merawat [yoni itu]," katanya pada hari Jumat, (3/5/2024).
Dia mengklaim yoni itu awalnya tidak bisa diangkat oleh warga desa. Yoni baru bisa dievakuasi setelah warga menanggap kelompok kesenian ledek yang tengah berkeliling.
"Bisa diangkat delapan orang sampai ke atas," kata ujar juru kunci yang juga dinamai Ki Surawangsa oleh salah satu padepokan itu.
Kata Hardio, yoni itu kemudian diberi nama Kyai Lurah Guno Wijoyo oleh para sesepuh Desa Tambakboyo. Selepas itu, warga desa menggelar acara kesenian tayub setahun sekali.
Hardio mengaku diberi kepercayaan oleh para sesepuh untuk menjadi juru kunci Punden Guno Wijoyo.
Yoni itu tampak terbuat dari batu putih. Terdapat sejumlah kerusakan berupa lubang-lubang kecil pada tubuh yoni.
Di atas yoni terdapat gumpalan tanah yang mirip seperti rumah semut. Hardio mengatakan gumpalan (pundung) itu memang sengaja tidak dibersihkan.