Sosok Ibu dan Anak Korban Tewas Longsor Tambang Emas di Gorontalo, Buka Warung di Lokasi Kejadian
Setidaknya 19 orang tewas, termasuk ibu dan anak, dalam bencana longsor di tambang emas ilegal di Gorontalo.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Febri Prasetyo
Diketahui, korban tewas akibat longsor bertambah menjadi 19 jiwa dari sebelumnya 11 orang.
Selain korban tewas, setidaknya masih ada 51 orang yang masih dalam pencarian.
"Untuk proses pencarian korban yang tertimbun longsor masih berjumlah 51 orang, berdasarkan data posko dan berdasarkan beberapa warga yang datang untuk melaporkan kehilangan anggota keluarga," lapor Jurnalis KompasTV, Hence Tumilaar, di lokasi kejadian, Selasa (9/7/2024).
Korban tewas dan masih dalam pencarian itu bukan hanya para pekerja tambang, melainkan juga warga lainnya yang membuka usaha jualan di area longsor.
Sebagai informasi, tim penyelamat harus menempuh medan berat untuk menuju ke lokasi kejadian.
Sebab, jembatan yang biasanya dilewati kendaraan telah ambruk akibat banjir.
Baca juga: Operasi SAR Longsor Tambang Emas di Suwawa Hari Ke-3, Korban Hilang Bertambah Jadi 51 Orang
Heriyanto mengungkapkan tim Basarnas dan TNI/Polri harus berjalan kaki sejauh 23 kilometer dari posko menuju lokasi.
Tak hanya itu, Heriyanto menambahkan, proses evakuasi dilakukan secara manual lantaran lokasi tambang tak bisa diakses alat berat.
"Jadi perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 23 kilometer (dari posko SAR)."
"Karena mengingat medan yang sangat sulit dilalui oleh alat berat. Jadi kami melakukan pencarian dan evakuasi korban secara manual," jelas dia.
Kronologi Terjadinya Longsor
Longsor di area tambang emas di Kecamatan Suwawa Timur terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 3.00 Wita.
Longsor menerjang titik bor tambang dan kamp para pekerja.
Danru Tim Alpha Basarnas Gorontalo, Salama, mengungkapkan saat longsor terjadi, pekerja tambang dan warga yang membuka warung di lokasi kejadian, tengah tertidur lelap.
Ia menyebut para pekerja tak mengetahui kondisi lingkungan tempat mereka bekerja lantaran selalu tidur di lubang tambang.