Awas Ada Titik Panas Karhutla Dekat Kawasan IKN, Perlu Ada Aksi BMKG dan Pemerintah
BMKG diminta siaga dan jika perlu lakukan modifikasi cuaca, bukan hanya di kawasan inti IKN tetapi di kabupaten/kota sekitar IKN.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, - Beberapa titik panas potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terpantau berada di dekat kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.
Atas potensi terjadinya karhutla di Kalimantan Timur, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mengajak semua pihak untuk waspada ancaman tersebut.
Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA), Irwan Fecho mengatakan, langkah BMKG sudah baik dengan mengeluarkan peringatan maupun ajakan sebagai informasi dini memingkatkan kewaspadaan terhadap karhutla kepada masyarakat Kaltim dan juga kepada pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Namun, Irwan menilai hal tersebut tidak cukup sekedar peringatan kewaspadaan. Tetapi harus kemudian ada aksi lanjutan dari BMKG juga pemerintah.
Baca juga: Jokowi Percaya Prabowo Bisa Lanjutkan Pembangunan IKN: Harapan Rasional Sejalan Astra Cita
"Identifikasi titik panas itu harus segera dilakukan untuk pemadaman dan juga tindakan penegakan hukum dengan sanksi berat, apalagi jika titik panas itu akibat kesengajaan dan berada dalam ijin pengusahaan hutan, perkebunan atau pertambangan. Agar ada efek jera bagi pelaku pembakaran hutan dan lahan," kata Irwan kepada Tribun, Selasa (3/9/2024).
Terkait masyarakat, Irwan menyampaikan tentu pendekatannya berbeda harus berkelanjutan mengedukasinya dengan melibatkan tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama akan bahaya karhutla.
"Mengingat ada beberapa titik api di Kukar dan Paser yang merupakan kabupaten di sekitar IKN kita akan minta BMKG siaga dan jika perlu lakukan modifikasi cuaca bukan hanya di kawasan inti IKN tetapi di kabupaten/kota sekitar IKN," kata Irwan yang juga Anggota Komisi V DPR itu.
Puluhan Titik Panas di Kaltim
Berdasarkan pantauan BMKG Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, jumlah titik panas yang tersebar di Kaltim cukup tinggi.
Akhir pekan kemarin, terpantau ada 57 titik, naik ketimbang sehari sebelumnya yang hanya delapan titik.
"Kewaspadaan tersebut antara lain tidak melakukan pembakaran saat mengelola lahan maupun membuka lahan, tidak membuang puntung rokok di lahan kering," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Kelas I SAMS Sepinggan BMKG Balikpapan Diyan Novrida di Balikpapan.
Kewaspadaan perlu dilakukan karena sejumlah kawasan masih mengalami cuaca panas dalam beberapa hari berturut-turut, sehingga hal ini menyebabkan dahan, ranting, daun mengering, dan suhu permukaan memanas yang rawan terjadi kebakaran.
Sedangkan 57 titik panas yang terpantau pada Sabtu (31/8) mulai pukul 01.00-24.00 Wita tersebut tersebar di enam kabupaten, yakni Mahakam Ulu 32 titik, Berau 11 titik, Kutai Kartanegara (7), Kutai Timur (1), Kutai Barat (4), dan Kabupaten Paser terpantau 2 titik panas.
Hasil pantauan titik panas pun langsung disampaikan ke pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, Dinas Penyelamatan dan Pemadaman Kebakaran baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
Di Mahakam Ulu terpantau 32 titik tersebar pada tiga kecamatan, yakni Kecamatan Long Apari terdeteksi 14 titik, Long Bagun 1 titik, dan Kecamatan Long Pahangai terdeteksi 17 titik panas dengan tingkat kepercayaan sedang dan tinggi.
Di Kabupaten Berau 11 titik tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kelay tiga titik, Kecamatan Sambaliung dua titik, dan Kecamatan Segah enam titik, semuanya memiliki tingkat kepercayaan menengah.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat tujuh titik, tersebar pada empat kecamatan yakni Kecamatan Muara Kaman satu, Kota Bangun satu, Muara Muntai tiga, dan Muara Wis empat dengan tingkat kepercayaan menengah.
IKN Dibayangi Banjir
Tak hanya potensi karhutla, kawasan IKN juga dibayangi dengan potensi risiko banjir dan longsor besar akibat curah hujan tinggi.
BMKG sendiri masih akan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di sekitar IKN Kaltim.
Berdasarkan karakteristik wilayah, curah hujan di Kalimantan Timur terjadi sepanjang tahun.
"Di sana hujannya sepanjang tahun, musim kemaraunya masih 150 milimeter, itu masih garis batas. Masuk September naik lagi (curah hujannya).Jadi memang di sana karakteristik hujan sepanjang tahun potensi bencana banjir tanah longsor besar," kata Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto di Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2024).
Seto mengungkapkan, pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mengurangi curah hujan, termasuk lewat teknik modifikasi cuaca (TMC).
TMC dilakukan berdasarkan hasil koordinasi dengan BNPB, Kementerian PUPR, Kemenhub, dan seluruh stakeholder,termasuk pemerintah daerah setempat.
"Tentu kita berusaha untuk mengurangi resiko bencana karena IKN khususnya, dan Kalimantan Timur pada umumnya, itu karakteristik hujannya tidak sama dengan wilayah kita berada saat ini," ucap.
Ia tidak memungkiri, terkadang ada beberapa wilayah yang tetap turun hujan meski TMC dilakukan.
Namun, ia menuturkan, TMC tetap mampu mengurangi curah hujan yang turun sehingga potensi bencana bisa diminimalisasi.
Tidak hanya di wilayah Kelurahan Penajam, banjir juga melanda daerah Muan, jalan poros menuju Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
"Masih ada yang bobol-bobol juga sedikit. Ada genangan-genangan, masih ada.
Tapi kita berupaya semaksimal mungkin untuk menguranginya sesuai dengan batas kemampuan manusia dan batas teknologi yang ada di Indonesia, di dunia saat ini," ucap dia.
Kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan, TMC yang telah dilakukan pemerintah berdampak baik.
Sepanjang Agustus 2024, tingkat keberhasilan TMC di wilayah tersebut mencapai 98 persen.
Dengan begitu, pembangunan di IKN pun bisa terus berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan.
"Agustus juga rerata baik, bagus. Dan sudah dilakukan OMC yang harusnya hujan jadi tidak hujan. Kita mencegah jangan sampai terjadi bencana pada masyarakat. Itu memang tugas yang harus dilakukan karena jangan sampai kita bergerak ketika terjadi bencana saja," kata dia.
Sejauh ini, pemerintah memutuskan untuk melanjutkan TMC di IKN setidaknya hingga tanggal 12 September 2024.
Kendati demikian, Suharyanto tidak menyebut berapa anggaran yang digelontorkan untuk TMC lanjutan tersebut.
Dia bilang, anggaran biasanya diperlukan untuk jam terbang pesawat, pembelian garam, hingga dana operasional kru pesawat.
"Jadi jumlahnya memang bervariasi. Kalau titiknya dekat dari bandara, untuk modifikasi lebih murah. Tetapi kalau sampai jauh, misalnya dari titik di Halim tapi modifikasi cuacanya harus dilakukan di Cirebon, lebih jauh (mahal)," ucapnya.
"Tetapi setiap uang negara yang dikeluarkan, kita pasti dicek sampai detail baik di inspektorat di internal maupun dari BPKP," sambung dia.