Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Asa Anak Pulau Palue Sikka di Bawah Terang Lampu Tenaga Surya

Di pulau terpencil Palue Sikka NTT, tahun 2021 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) PT PLN sudah menerangi tujuh desa.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Asa Anak Pulau Palue Sikka di Bawah Terang Lampu Tenaga Surya
TRIBUN FLORES/GORDY DONOVAN
BELAJAR - Hilarius Febriano Ngaji (11) belajar di bawah terang lampu tenaga surya di rumahnya di Kampung Uwa, Desa Maluriwu, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Perjalanan ke pulau Palue biasanya menggunakan perahu motor dari pelabuhan Lorens Say Maumere dengan biaya Rp 40.000 per orang dan membutuhkan waktu 4-5 jam perjalanan.

Sedangkan jika menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Kewapante ke Palue biayanya Rp 49.000 per orang dan membutuhkan waktu sekitar 6-7 jam.

Jika dari Pelabuhan Ropa Ende menuju Palue menggunakan perahu motor ongkosnya Rp 20.000 per orang dan waktu tempuh 1 - 1,5 jam.

Dari Mausambi Ende menggunakan perahu motor biayanya Rp.20.000 dengan jarak tempuh 1-1,5 jam perjalanan.

Selain Hilarius, ada pelajar lainnya yang merasakan dampak dari kehadiran listrik di wilayah itu.

Ia adalah Nesa Tia (16). Nesa begitu ia akrab disapa, hampir setiap hari belajar. Bagi Nesa, semangat belajar harus ada dari dalam diri seseorang yang ingin maju dan berkembang.

Ia mengaku sejak listrik masuk ke pulau, semangat belajar mereka semakin meningkat. Karena tidak lagi sibuk harus membuat lampu pelita, tapi langsung menghidupkan stop kontak. Kadang bangun pagi hari agak cepat supaya bisa belajar.

Berita Rekomendasi

"Sangat senang. Kalau belajar sangat membantu. Terus terang dulunya hanya pakai lampu pelita atau lilin kalau tidak punya solar atau bensin untuk menyalakan genset,"ujarnya.

Ia mengaku belajar diterangi lampu pelita atau lilin sangat kesulitan. Karena harus memaksa mata melihat huruf-huruf dalam buku bacaan.

"Jujur, kalau belajar pakai lampu pelita atau lilin saya sangat sulit untuk membaca buku, apalagi kalau pakai lampu pelita, hidung kita biasanya hitam semua hirup asap," ungkapnya.

Kini, mereka sudah merdeka karena listrik di Palue sudah menyala 24 jam. Tak ada lagi gelap, hanya berharap tetap terang hingga selamanya.

Warga Palue, Sebastianus (39) mengaku warga disana tak lagi susah seperti dulu mencari listrik mengisi arus baterai handphone dan menonton televisi.

Berkat PLTS dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) rumah Sebas tak gelap lagi. Sudah hampir tiga tahun terakhir ini, warga sudah menikmati listrik PLTS.

"Kami menikmati listrik ini sudah hampir tiga tahun lebih. Kami sangat bersyukur,"ujar Sebastianus.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas