Anggota Komisi VII DPR Kritik BMKG Soal Analisis Dampak Erupsi Lewotobi Terhadap Penerbangan
Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono mengkritik pernyataan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Malvyandie Haryadi
“BMKG ini anggarannya besar lho, Rp2,769 triliun. Harusnya dengan anggaran yang seperti itu, BMKG mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat pada masyarakat. Harusnya tidak ada kesalahan dalam menganalisa data yang ada. Sehingga tidak akan mengganggu sektor pariwisata dan industri, pertanian, maupun transportasi udara, darat, dan laut,” ucapnya.
“Kalau dana dan fasilitas tercukupi, seharusnya bisa memperbaiki kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia. Jangan anggaran sudah besar, malah hasilnya tidak akurat."
"Padahal dulu saya yang menyampaikan keras usulan kenaikan anggaran untuk BMKG, saat saya masih di Komisi V. Kenapa? Karena pentingnya peran BMKG terhadap semua sektor mulai dari pariwisata, pertanian, nelayan atau perikanan, perkebunan, perdagangan dan industri serta jutaan UMKM yang sangat menggantungkan informasi akurat cuaca dari BMKG,” sambungnya dengan nada keras.
"Setelah saya sampaikan kritikan keras ke pimpinan BMKG Bu Dwikorita, disampaikan jawaban bahwa memang benar dari hasil paper-test untuk memastikan sebaran abu vulkanik BMKG sampai hari ini tidak yang menyebar sampai ke bandara Lombok dan bandara Ngurah Rai.”
Bambang meminta hal ini juga disampaikan kepada masyarakat luas, untuk meredam kekhawatiran masyarakat yang akan berwisata yang telah berkembang saat ini, akibat pernyataan sebelumnya.
Keluhan turis asing
Sejumlah wisatawan Australia di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, mengeluhkan pelayanan salah satu maskapai usai pembatalan penerbangan ke negara asalnya.
Adapun kondisi ini terjadi akibat pembatalan sejumlah penerbangan dari Bali menuju Australia dampak sebaran abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dikutip dari Kompas.com, mereka mengaku tidak mendapat informasi yang baik terkait kepastian penjadwalan ulang penerbangan maupun pengembalian atau refund tiket pesawat.
"Seharusnya kemarin malam, Rabu (13/11/2024), kami terbang ke Sydney, tapi sampai siang ini kami tidak mendapatkan kepastian karena pihak maskapai tidak bisa dihubungi," kata Michaela Gates (28), salah satu wisatawan di Bandara Ngurah Rai, Kamis (14/11/2024).
Ia mengaku bingung apakah memutuskan untuk mencari hotel dan tempat penampungan, atau tetap berada di bandara sembari menunggu kepastian dari pihak maskapai.
"Maskapai harus memberitahu apakah ada akomodasi lain yang bisa ditempuh ke Sydney, apakah ada pengembalian uang atau reschedule," kata dia.