Kontroversi Kapolrestabes Semarang: Pemerasan SYL, Dugaan Intimidasi Rektor, Polisi Tembak Siswa SMK
Dulu terseret pemerasan SYL dan intimidasi Rektor kini Kapolrestabes Semarang tersangkut kasus penembakan siswa SMK hingga tewas.
Penulis: Theresia Felisiani
“Tidak ada sama sekali, sekali lagi saya ulangi bahwa ajakan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, termasuk ada mahasiswa, civitas akademika, itu mengajak, men-support terciptanya pemilu damai," kata Irwan di Kota Semarang, Selasa (6/2/2024).
Ia mengatakan, penolakan pembuatan video dari Rektor Unika bagian dari pilihan.
“Yang Unika itu kan yang kami tangkap itu pilihan. Kami berhadapan dengan orang-orang, dengan intelektual yang bagus. Punya pilihan, narasi-narasi mana yang disampaikan untuk memberikan kesejukan bagi warga Kota Semarang," imbuhnya.
Baca juga: Serba Serbi Kapolrestabes Semarang: Eks Anak Buah Firli Bahuri, Saudara SYL, Seangkatan Ferdy Sambo
Irwan Anwar menyebut, tidak ada paksaan dalam pembuatan video tersebut.
Bahkan, sebelum permintaan pembuatan video testimoni, disampaikan bahwa video akan dipublikasikan dengan tujuan agar pesan dari tokoh ini sampai kepada khalayak luas, mengutip TribunBanyumas.com.
Dalam memilih tokoh, kata dia, juga tidak sembarangan. Yakni, tokoh yang dianggap layak memberikan pesan terkait keamanan dan ketertiban masyarakat di Kota Semarang.
"Memang ada beberapa yang menolak tapi banyak yang men-support kegiatan ini," jelasnya.
Tolak Buat Video Apresiasi Jokowi, Rektor Unika Soegijapranata Ditelepon Berkali-kali
Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Kota Semarang, Ferdinandus Hindarto blak-blakan mengungkapkan adanya oknum polisi yang meminta agar dirinya membuat video apresiasi kinerja Jokowi.
Meski sudah ditolaknya, oknum polisi tersebut sampai menelepon berulang kali.
Berdasarkan keterangan dari oknum polisi yang bersangkutan, video apresiasi kinerja Jokowi itu bakal diserahkan kepada Kapolda Jateng.
"Iya, video itu akan diserahkan ke Kapolda (Jateng). Namun, saya tolak untuk membuat videonya," katanya di Gedung Mikael Kampus Soegipranata Semarang, Selasa (6/2/2024) seperti dikutip dari TribunJateng.com.
Ferdi, sapaannya, menjelaskan, permintaan pembuatan video tersebut bermula saat seorang polisi yang mengaku seorang anggota Polrestabes Semarang menghubunginya lewat pesan singkat Whatsapp, Jumat 2 Februari 2024.
Kala itu, ia hendak berangat ke Surabaya untuk menghadiri pertemuan pertemuan pimpinan perguruan tinggi katolik di kota itu. Ia pun tegas menolak membuat video tersebut.