Bagaimana Proses Terjadinya Hujan Buatan untuk Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan?
Untuk memberikan rangsangan tersebut, sejumlah bahan untuk membuat hujan buatan akan diantarkan ke awan menggunakan pesawat terbang.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Malvyandie Haryadi
Rangsangan itu diberikan agar proses yang terjadi di awan lebih cepat bila dibandingkan dengan proses alami.
Teknologi hujan buatan tersebut merupakan hasil campur tangan alias intervensi manusia terhadap proses cuaca yang terjadi di atmosfer.
Dengan demikian, terjadilah penumpukan penggabungan butir-butir air di dalam awan, lantas turun menjadi hujan.
Sebelum dilakukan proses hujan buatan, ada beberapa hal yang dipersiapkan, yaitu persiapan koordinasi dan teknis.
Persiapan teknis terdiri dari memodifikasi pesawat yang akan digunakan untuk membuat hujan, mendatangkan pesawat ke lokasi, menyiapkan SDM, dan menyiapkan bahan untuk merangsang awan.
Soal bahan, lanjut situs BPPT, ukurannya harus sehalus 30 micron.
Bahan tersebut nantinya berguna sebagai pengumpul uap air yang ada di awan.
Setelah terkumpul dan membesar akan terjadi pergolakan mencapai ukuran 1 mili kemudian akan jatuh menjadi hujan.
Namun, proses terjadinya hujan buatan ini tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan alam.
Jika awannya banyak, maka rangsangan yang diberikan pun lebih banyak sehingga akan hujan yang lebih banyak dan deras.
Begitu juga sebaliknya.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, pemerintah menyiagakan tiga pesawat untuk membuat hujan buatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau, Sumatera.
Demikian dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Agus Wibowo melalui keterangan tertulis, Minggu (15/9/2019).
Persawat pertama, Cassa 212-200 dengan kapasitas 1 ton telah dioperasikan di Riau sejak Februari 2019.