Ilmuwan Indonesia di Inggris Kembangkan Baterai dan Pesawat Listrik
Hibah tersebut akan memungkinkan pihaknya untuk mengatasi tantangan berkaitan dengan adopsi kendaraan listrik (EV) dan pesawat listrik
Editor: Hendra Gunawan
Contoh kecil namun konkretnya, kami membawa pelajar-pelajar dan akademisi dari UK untuk membuat workshop di Belitung bekerjasama dengan IPB guna memberikan pengertian pada dunia akan potensi Belitung sebagai biodiversitas besar yang berpotensi untuk menghasilkan teknologi pangan dan obat-obatan yang baru.
Kami juga ingin membangun fasilitas riset dan teknologi berkelas dunia untuk mendidik masyarakat Belitung agar mereka dapat memproduksi dan memberikan nilai tambah kepada timahnya sendiri.
Bisa diceritakan bagaimana ide awal pembuatan baterai dan pesawat listrik?
Indonesia adalah produsen terbesar bahan dasar baterai. Indonesia juga adalah pasar terbesar penerbangan domestic dikarenakan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17,000 pulau. Indonesia juga amat bergantung pada bahan bakar fossil dan memiliki polusi yang luar biasa (kualitas udara di kota kota besar seperti Jakarta, Bogor, dan Bandung amat mengkhawatirkan).
Hal-hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang unik dan berpotensi besar untuk memimpin dunia dalam pengembangan kendaraan dan pesawat listrik. Pesawat listrik tidak berbahan dasar fossil, dan amat efektif dalam mengakomodasi penerbangan jarak pendek.
Pesawat listrik memiliki sistem “vertical take off/landing” yang tidak membutuhkan landasan yang panjang – dapat di buat di pulau-pulau kecil. Kita memiliki bahan baku baterai dan bisa mendukung industry hulunya.
Pasar domestik kita yang terbesar didunia – berpotensi untuk membentuk mekanisme pasar yang mendukung hilirisasi dan menekan harga teknologi tersebut. Hal-hal inilah yang membuat pengembangan kendaraan/pesawat listrik Indonesia bukan hanya menjadi hal yang masuk akal, namun harus menjadi salah satu prioritas bangsa karena kita memiliki keunggulan komparatif yang besar dibandingkan bangsa-bangsa lain.
Kapan proyek itu dimulai dan bagaimana target ke depannya?
Proyek ini akan dimulai awal tahun 2021. Dalam jangka pendek (1 tahun) kami akan fokus kepada pembuatan roadmap industri baterai, dan EVs, business model, dan riset yang mendukung pengembangan teknologi charging station dan battery assembly.
Ini melibatkan Kerjasama yang kompleks dengan institusi-institusi Indonesia seperti Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia. Dalam jangka menengah (2-5 tahun), kami akan melibatkan industry-industry EV di UK untuk turut berinvestasi mengembangkan fasilitas riset di Indonesia agar riset dan hasil kekayaan intelektual dapat dimiliki oleh bangsa.
Kami juga mengharapkan agar proyek ini bisa turut membantu penyelenggaraan Prioritas Riset Nasional Kemristek/BRIN. Dalam jangka panjang, kami berharap dapat membantu pembuatan kebijakan yang berdasarkan ‘evidence’ yang dapat memberikan insentif bagi industri tanah air dibidang ini; memberikan pengertian kepada masyarakat untuk mengubah pola transportasinya, dan menguatkan pemerintah pemerintah daerah dalam merancang strategi pengembangan daerah yang berdasarkan sains. (tribun network/denis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.