Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fenomena Astronomis Pekan Keempat Desember 2021: Hujan Meteor Ursid hingga Fase Bulan Perbani Akhir

Inilah fenomena astronomis yang akan terjadi pada bulan Desember 2021 pekan keempat, ada Puncak Hujan Meteor Ursid hingga Fase Bulan Perbani Akhir.

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Fenomena Astronomis Pekan Keempat Desember 2021: Hujan Meteor Ursid hingga Fase Bulan Perbani Akhir
http://edukasi.sains.lapan.go.id/
Fenomena Puncak Hujan Meteor Ursid 23 Desember 2021 

Namun sayangnya, hanya pengamat di belahan Utara yang mendapatkan kesempatan terbaik mengamati hujan meteor ini.

Pengamat yang terletak di 50 LS atau lebih Selatan lagi tidak dapat menyaksikan hujan meteor Ursid.

Hujan Meteor Ursid dapat disaksikan sejak pukul 01.00 waktu lokal hingga akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbit Matahari) dengan intensitas berkisar 0,9 hingga 2,8 meteor per jam untuk wilayah Indonesia.

Ketinggian titik radian ketika kulminasi bervariasi mulai 5 derajat (Kendari, 4 derajat LS) hingga 16 derajat (Sabang, 6 derajat LU).

Puncak Hujan Meteor Ursid 23 Desember 2021
Puncak Hujan Meteor Ursid 23 Desember 2021 (http://edukasi.sains.lapan.go.id/)

2. Hari Sinodis Terpanjang sekaligus Waktu Surya Sejati = Waktu Surya Rata-Rata (26 Desember)

Hari sinodis atau hari surya adalah selang waktu yang diukur sejak kulminasi Matahari hingga kulminasi Matahari hari berikutnya.

Hari sinodis bervariasi, antara 23 jam 59 menit 38 detik (pada 18 September) hingga 24 jam 00 menit 30 detik (pada 26 Desember), hal ini disebabkan oleh kelonjongan orbit Bumi dan sudut yang dibentuk antara khatulistiwa dengan ekliptika (disebut juga sebagai deklinasi).

Berita Rekomendasi

Kelonjongan orbit Bumi membuat hari sinodis bervariasi, antara 23 jam 59 menit 50 detik (saat perihelion) hingga 24 jam 00 menit 10 detik (saat aphelion).

Sedangkan, deklinasi Matahari membuat hari sinodis bervariasi, antara 23 jam 59 menit 40 detik (saat ekuinoks) hingga 24 jam 00 menit 20 detik (saat solstis).

Kombinasi dari dua variabel ini membuat hari sinodis menjadi bervariasi sebagaimana yang sudah disebutkan di awal.

Dikarenakan panjang hari sinodis bervariasi dalam setahun, maka waktu surya rata-rata (mean solar time, satu hari selalu konstan 24 jam) akan memiliki selisih dengan waktu surya sejati (true solar time, kulminasi Matahari saat tengah hari selalu pada pukul 12.00) sebesar –16,4 hingga +14,3 menit.

Selisih inilah yang kemudian disebut sebagai "perata waktu".

Hal inilah yang membuat kulminasi Matahari saat tengah hari jika diukur dengan waktu surya rata-rata maupun waktu sipil/terzonasi (civil/zonated time) menjadi bervariasi.

Saat kurva perata waktu mencapai titik ekstrem (12 Mei dan 27 Juli) dan titik balik (12 Februari dan 3 November), maka hari sinodis akan tepat 24 jam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas