10 Fenomena Langit 2022 Paling Dinanti: Puncak Hujan Meteor Quadrantid hingga Hujan Meteor Geminid
Fenomena langit yang akan terjadi pada tahun 2022, mulai dari puncak hujan meteor Quarantid hingga hujan meteor Geminid.
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Saksikan Bulan Purnama Super sebelum Matahari tenggelam hingga setelah Matahari terbit di arah Tenggara sampai Barat Daya.
Pussainsa LAPAN mencatat puncak Bulan Purnama Super terjadi pada 14 Juni pada pukul 06.51 malam waktu setempat di jarak 357.658 kilometer, dan 14 Juli pada pukul 01.37 malam waktu setempat dengan jarak 357.416 kilometer.
Fenomena ini terjadi setidaknya setahun sekali.
7. Bukan Venus, Bulan terhalang oleh okultasi Uranus pada 25 Juni
Setelah okultasi Venus pada 27 Mei, giliran Uranus yang menghalangi Bulan pada 25 Juni.
Di Indonesia, okultasi Uranus terjadi saat Bulan sedang di fase Sabit Akhir dengan iluminasi 15,2—15,3 persen.
Karena terlihat dari sebelum hingga setelah Matahari terbit, Anda perlu alat bantu untuk menyaksikannya.
Okultasi Uranus terlama terjadi di Manokwari, Papua Barat sejak pukul 05.23 pagi waktu setempat selama 1 jam 19 menit.
Sementara, okultasi tersingkat terjadi di Balikpapan yang hanya bisa menyaksikannya selama 16 menit sejak pukul 04.30 subuh waktu setempat.
Pussainsa LAPAN mengatakan kalau fenomena ini terjadi pada 2006 silam.
Jangan sampai terlewatkan karena fenomena ini baru kembali pada 2030 mendatang.
8. Hujan meteor Perseid memuncak pada 13—14 Agustus
Pada 13—14 Agustus mendatang, hujan meteor Perseid berada di puncaknya.
Saat itu, hujan meteor ini turun dengan intensitas 100 meteor/jam dan berasal dari sisa debu komet 109P/Swifts-Tuttle.
Lagi-lagi, di beberapa bagian Indonesia, intensitas hujan meteor Perseid bisa berbeda tergantung dari ketinggian maksimum titik radiannya.
Menurut Pussainsa LAPAN, intensitas hujan meteor Perseid terbagi menjadi:
Sabang (37,8°): 61 meteor/jam
Pulau Rote (20,9°): 36 meteor/jam
Hujan meteor Perseid dapat disaksikan pada pukul 11 malam (Sabang) dan 1 malam (Pulau Rote) hingga 25 menit sebelum Matahari terbit.
Meski sedikit terhalang cahaya Bulan, hujan meteor Perseid tetap dapat disaksikan kasat mata.
Pastikan langit cerah, bebas polusi cahaya, dan medan pandang bebas halangan.
9. Pada 8 November, gerhana Bulan total kembali Pada 8 November mendatang
Bulan, Bumi dan Matahari berada dalam satu garis lurus. hasilnya terjadilah gerhana Bulan total.
Gerhana ini adalah gerhana ke-20 dari 72 gerhana di Seri Saros 136.
Diprakirakan Pussainsa LAPAN, inilah catatan waktu dan wilayah untuk mengamati tahapan gerhana Bulan total:
- Awal Penumbra (03.02 siang waktu setempat): Tidak bisa diamati di Indonesia
- Awal Sebagian (04.09 sore waktu setempat): Papua, Papua Barat, Pulau Seram, Pulau Halmahera, Kepulauan Aru, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Tanimbar
- Awal Total (05.16 sore waktu setempat): Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kapuas Hulu
- Puncak Gerhana (06.00 petang waktu setempat): Seluruh Indonesia, kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu
- Akhir Total (06.41 malam waktu setempat): Seluruh Indonesia
- Akhir Sebagian (07.49 malam waktu setempat): Seluruh Indonesia
- Akhir Penumbra (08.56 malam waktu setempat): Seluruh Indonesia
Saat gerhana Bulan total, pasang air laut lebih tinggi.
Fenomena gerhana Bulan total baru kembali pada September 2025, Maret 2025, Desember 2028, Desember 2029, April 2032, dan Oktober 2032.
10. Hujan meteor Geminid dijadwalkan mencapai puncaknya pada 14—15 Desember
Fenomena langit terakhir di daftar ini yang tak boleh terlewatkan adalah puncak hujan meteor Geminid pada 14—15 Desember mendatang.
Hujan meteor Geminid berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon, hujan meteor Geminid dapat disaksikan di arah Timur Laut pada pukul 20.30 hingga Barat Laut 25 menit sebelum Matahari terbit.
Turun dengan intensitas 120 meteor/jam, intensitas ini berbeda-beda di daerah Sabang dan Pulau Rote.
Bergantung variasi ketinggian maksimum titik radian, intensitas puncak hujan meteor Geminid terbagi menjadi:
Sabang (63°): 107 meteor/jam
Pulau Rote (46°): 86 meteor/jam
Meski ada cahaya Bulan, puncak hujan meteor Geminid dapat disaksikan dengan mata telanjang.
Pastikan saja langit cerah, bebas polusi cahaya, dan medan pandang bebas penghalang.
(Tribunnews.com/Kristina Wulandari)
Baca juga artikel lainnya terkait Fenomena Astronomis