Apa Itu Rip Current? Arus Laut yang Menyeret Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember
Berikut penjelasan arus rip current yang menjadi penyebab terseretnya puluhan korban ritual maut di Pantai Payangan, Jember pada Minggu (13/2/2022).
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Ritual berujung maut terjadi di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu, Jember pada Minggu (13/2/2022).
Diketahui 11 peserta ritual harus tewas dari 24 orang yang mengikutinya.
Dikutip dari Tribun Jatim, juru kunci Bukit Samboja Saladin mengimbau warga untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai karena ombak sedang tinggi.
“Mereka sudah beberapa kali memang. Tadi malam (Sabtu, 12/2/2022) izin juga, saya pesan supaya tidak turun dekat laut, karena ombak sedang tinggi,” katanya.
Sementara kejadian ini diketahui disebabkan oleh arus laut dari Pantai Selatan Jawa.
Baca juga: Fakta-fakta Ritual Maut di Pantai Payangan Jember: Ada Korban Polisi hingga Peringatan Ombak Tinggi
Baca juga: Pimpinan Ritual di Pantai Payangan Bukan Ustaz, Pernah Kerja di Malaysia hingga Jadi MC Dangdut
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, kejadian ini disebabkan oleh arus ‘rip current’.
Lalu apakah itu arus rip current? Berikut penjelasannya.
Mengenal Arus Rip Current
Mengenai arus rip current, Daryono menjelaskannya melalui sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, @daryonobmkg.
Dalam unggahannya tersebut, dirinya mengawali imbauan kepada pemerintah daerah dan masyarakat soal arus laut Pantai Selatan Jawa agar menjadi perhatian serius.
Bukan tanpa alasan, karena menurut Daryono, kejadian serupa selalu terjadi setiap tahunnya.
“Rentetan musibah ini sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan masyarakat, mengingat hampir setiap tahun selalu terjadi kasus serupa.”
“Entah sudah berapa banyak warga masyarakat dan wisatawan menjadi korban keganasan arus laut Pantai Selatan.” tulis Daryono.
Baca juga: FAKTA Nur Hasan, Pimpinan Ritual Maut di Pantai Payangan Jember, Dikenal Sebagai Paranormal
Terdapat dua istilah yang perlu diketahui yaitu alun serot di mana diambil dari Bahasa Jawa dan rip current yang dipakai dalam dunia ilmiah.
“Dalam hal ini kata “alun” artinya ombak dan “serot” adalah sedot, maksudnya ombak (sesungguhnya arus) yang bisa menyedot (orang).
“Sedangkan dalam dunia sains, fenomena alam mematikan ini disebut “rip current,” jelasnya.
Daryono menilai, dengan relief yang berbentuk teluk di Pantai Payangan maka bisa diduga kuat menjadi penyebab terjadinya arus rip current.
“Jika kita perhatikan morfologi Pantai Payangan Jember yang berbentuk teluk, maka diduga kuat musibah yang terjadi sangat mungkin diakibatkan arus ‘rip current’.”
“Apalagi jika dicocokkan dengan waktu kejadian bersamaan dengan waktu pasang dan berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang saat kejadian mencapai sekitar 2-2,5 meter.” katanya.
Sedangkan dalam definisinya, rip current terbentuk akibat adanya konsentrasi arus dalam sebuah jalur sempit.
“Definisi “rip current” ialah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah.” ujar Daryono.
Mengenai bagaimana terbentuknya, Daryono mengatakan rip current dapat terbentuk ketika gelombang datang ke garis pantai dalam bentuk teluk atau cekungan layaknya di Pantai Payangan.
“Secara fisis “rip current” terbentuk jika gelombang laut datang dan menghempas garis pantai yang berbentuk teluk atau cekungan.”
“Adanya banyak pantulan muka gelombang yang mengenai “busur teluk" akan memunculkan sejumlah arus susur pantai yang bertemu dan memusat di tengah-tengah “busur teluk,” katanya.
Akibatnya arus ini memiliki energi yang kuat dan berkecepatan tinggi.
“Arus susur yang saling bertemu di pusat busur teluk ini selanjutnya bergabung menimbulkan sebuah arus balik menuju tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus yang sempit hingga melewati batas zone gelombang pecah,” tambahnya.
“Inilah “rip current” yang menjadi biang keladi dari sederet daftar korban meninggal dan orang hilang terseret arus dipantai sejak zaman dahulu,” tulis Daryono.
Selanjutnya, Daryono pun menilai pemahaman masyarakat dengan mengaitkan fenomena rip current dengan mitos adalah suatu yang salah.
Menurutnya arus rip current adalah fenomena alam yang bisa dipelajari secara ilmiah dan menjadi kewajiban masyarakat khususnya sekitar pantai untuk mempelajarinya.
“Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan bahaya arus laut di pantai menjadi faktor utama terus berulangnya korban jiwa terseret arus laut.”
“Berkembangnya mitos dan cerita rakyat Nyai Roro Kidul sering meminta korban adalah bentuk ketidakmampuan masyarakat dalam menjawab fenomena alam pantai yang mematikan dan sering terjadi berulang,” jelasnya.
Daryono pun menginginkan pemerintah dan masyarakat untuk berkaca dari peristiwa di Pantai Payangan dengan mempelajari efek arus rip current ini.
Ditambah, peningkatan pengetahuan soal menghadapi arus rip current ini juga menjadi perhatian.
“Penguatan pengetahuan mengenai bahaya arus ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada Tim SAR, petugas penyelamat pantai, pengelola wisata, pedagang, dan masyrakat setempat.”
“Di samping perlunya peningkatan fasilitas penyelamatan pantai, maka secara berkala perlu dilakukan pelatihan khusus teknik-teknik penyelamatan korban rip current bagi para petugas penyelamat pantai dan Tim SAR,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jatim/Sri Wahyunik)
Artikel lain terkait Ritual Maut di Pantai Payangan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.