Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Para Ilmuwan Iklim Peringatkan Efek Mengerikan dari Serangkaian Gelombang Panas Ekstrem

Para ilmuwan iklim memperingatkan efek mengerikan yang disebabkan serangkaian gelombang panas ekstrem.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Para Ilmuwan Iklim Peringatkan Efek Mengerikan dari Serangkaian Gelombang Panas Ekstrem
LOUAI BESHARA / AFP
Kapal-kapal ditambatkan di Laut Mediterania - Para ilmuwan iklim memperingatkan efek mengerikan yang disebabkan serangkaian gelombang panas ekstrem. 

Suhu laut rata-rata di musim panas sekarang secara konsisten di atas 31 derajat Celcius.

Ahli gletser Swiss Matthias Huss melakukan pengukuran es di Gletser Aletsch pada 25 Agustus 2021. - Para ilmuwan iklim memperingatkan efek mengerikan yang disebabkan serangkaian gelombang panas ekstrem.
Ahli gletser Swiss Matthias Huss melakukan pengukuran es di Gletser Aletsch pada 25 Agustus 2021. - Para ilmuwan iklim memperingatkan efek mengerikan yang disebabkan serangkaian gelombang panas ekstrem. (AFP)

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan, NFA gandeng BMKG Integrasikan Data Pangan, Iklim, dan Cuaca

"Laut yang memanas ini mendorong banyak spesies asli ke tepi jurang, karena setiap musim panas suhu optimal mereka terlampaui," katanya.

Apa yang dia dan rekan-rekannya saksikan dalam hal hilangnya keanekaragaman hayati adalah apa yang diproyeksikan akan terjadi lebih jauh ke barat di Mediterania menuju Yunani, Italia dan Spanyol di tahun-tahun mendatang.

Lebih lanjut, Garrabou menunjukkan bahwa laut telah "melayani" Bumi dengan menyerap 90 persen dari kelebihan panas bumi dan 30 persen karbon dioksida yang dipancarkan ke atmosfer oleh produksi batu bara, minyak dan gas.

Efek penyerap karbon ini melindungi planet ini dari efek iklim yang lebih keras.

Hal ini dimungkinkan karena samudra dan laut dalam kondisi sehat, kata Garrabou.

"Tapi sekarang kita telah mendorong lautan ke keadaan yang tidak sehat dan disfungsional," katanya.

Berita Rekomendasi

Sementara emisi gas rumah kaca bumi harus dikurangi secara drastis jika pemanasan laut ingin dikurangi, para ilmuwan kelautan secara khusus mencari pihak berwenang untuk menjamin bahwa 30 persen wilayah laut dilindungi dari aktivitas manusia seperti penangkapan ikan, yang akan memberikan kesempatan bagi spesies untuk pulih dan berkembang.

Sekitar 8 persen dari wilayah Laut Mediterania saat ini dilindungi.

Garrabou dan Rilov mengatakan pembuat kebijakan sebagian besar tidak menyadari pemanasan Mediterania dan dampaknya.

"Tugas kita sebagai ilmuwan untuk membawa ini menjadi perhatian mereka sehingga mereka dapat memikirkannya," kata Rilov.

Domba dan kambing di pinggiran sebuah pemukiman kecil yang disebut 'Kambi ya Nyoka' (kamp ular) diduga mati karena perubahan iklim yang tiba-tiba di daerah Marsabit 29 Januari 2022 Kekeringan yang menghancurkan di Kenya akhir tahun lalu, yang tampaknya memberi jalan bagi badai kilat yang mengakibatkan banjir dan kondisi cuaca dingin pada awal 2022, telah membuat komunitas penggembalaan di negara afrika timur utara yang gersang kehilangan ternak mereka, pertama karena kekeringan dan kemudian banjir dan dingin. - Para ilmuwan iklim memperingatkan efek mengerikan yang disebabkan serangkaian gelombang panas ekstrem.
Domba dan kambing di pinggiran sebuah pemukiman kecil yang disebut 'Kambi ya Nyoka' (kamp ular) diduga mati karena perubahan iklim yang tiba-tiba di daerah Marsabit 29 Januari 2022. - Para ilmuwan iklim memperingatkan efek mengerikan yang disebabkan serangkaian gelombang panas ekstrem. (AFP)

Baca juga: Jokowi: Indonesia Hadapi Ancaman Perubahan Iklim yang Kritis

Gelombang panas terjadi ketika cuaca sangat panas berlanjut selama beberapa hari, tanpa hujan atau sedikit angin.

Gelombang panas daratan membantu menyebabkan gelombang panas laut dan keduanya cenderung saling memberi makan dalam lingkaran pemanasan yang ganas.

Gelombang panas daratan telah menjadi hal biasa di banyak negara di sekitar Mediterania, dengan efek samping yang dramatis seperti kebakaran hutan, kekeringan, kehilangan panen, dan suhu yang sangat tinggi.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas