Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Seru hingga Seram, Ini 5 Tradisi Unik di Indonesia Sambut Tahun Baru Islam

Setiap tahunnya, masyarakat di Indonesia selalu merayakan malam pergantian tahun tersebut dengan berbagai tradisi dan ritual.

Penulis: Fathul Amanah
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
zoom-in Seru hingga Seram, Ini 5 Tradisi Unik di Indonesia Sambut Tahun Baru Islam
Kompasiana
Tradisi Tapa Bisu di Yogyakarta menyambut Malam 1 Suro 

TRIBUNNEWS.COM - Selasa (11/9/2018) esok, seluruh umat muslim akan menyambut tahun baru Islam 1440 Hijriyah.

Tahun baru Islam ini diperingati setiap tanggal 1 Muharram yang biasa disebut sebagai Bulan Suro oleh masyarakat Jawa.

Dalam Bahasa Arab, Muharram berarti haram.

Maknanya pada bulan tersebut, umat Islam dilarang melakukan perbuatan dosa lantaran Muharram merupakan bulan yang suci.

Baca: Doa Awal dan Akhir Tahun Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H

Setiap tahunnya, masyarakat di Indonesia selalu merayakan malam pergantian tahun tersebut dengan berbagai tradisi dan ritual.

Tradisi dan ritual tersebut menjadi unik karena hanya dapat dijumpai setahun sekali.

Apa saja tradisi dan ritual tersebut? berikut lima daftarnya yang dilansir Tribunnews.com dari berbagai sumber!

Berita Rekomendasi

1. Tradisi Mubeng Beteng di Kraton Yogyakarta

Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi
Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng", Selasa (5/10/2013) dini hari. Tradisi yang dilangsungkan setiap pergantian tahun baru hijriah ini dilakukan sebagai sarana perenungan dan instropeksi warga atas berbagai hal yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Tradisi Mubeng Beteng merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan setiap malam 1 Muharram atau malam 1 Suro.

Tradisi mengelilingi benteng (Mubeng Beteng) ini digelar oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan diikuti oleh ratusan warga Yogyakarta.

Ritual Mubeng Beteng dilakukan dengan berbagai tata cara seperti pembacaan macapat atau kidung berbahasa Jawa sebelum acara berlangsung.

Yang menarik dari prosesi tersebut, masyarakat dan abdi dalem kraton mengelilingi benteng-benteng Keraton sejumlah hitungan ganjil dengan berjalan tanpa menggunakan alas kaki dan tidak berbicara (Tapa Bisu).

Tradisi Mubeng Beteng sendiri dapat diartikan sebagai ungkapan rasa prihatin, introspeksi, serta ungkapan rasa syukur atas kelangsungan negara dan bangsa.

Sedangkan ritual tapa bisu merupakan simbol dari keheningan yang merupakan bentuk refleksi manusia terhadap Tuhannya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas