Ratna Sarumpaet Dipukuli, Kariernya Bermula dari Sutradara Drama hingga Kini jadi Juru Kampanye
Menjadi korban penganiayaan hingga babak belur di bagian wajah, lalu siapakah sebenarnya Ratna Sarumpaet?
Penulis: Fathul Amanah
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Aktivis yang juga ibunda artis Atiqah Hasiholan, Ratna Sarumpaet dikabarkan menjadi korban penganiayaan orang tak dikenal di Bandung, Jawa Barat.
Kabar ini ramai jadi perbincangan di media sosial pada Selasa (2/10/2018) bersamaan dengan beredarnya foto dan pesan di Whatsapp.
Tak hanya itu, akun Twitter Fadli Zon pada Selasa siang juga membagikan kondisi terkini Ratna pasca pemukulan.
"Mbak @RatnaSpaet mmg mengalami penganiayaan n pengeroyokan oleh oknum yg blm jelas. Jahat n biadab sekali." tulis Fadli Zon di Twitternya.
Penganiayaan yang menimpa Ratna juga dibenarkan oleh Koordinator Juru Bicara pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, Senin (1/10/2018) malam.
Menjadi korban penganiayaan hingga babak belur di bagian wajah, lalu siapakah sebenarnya Ratna Sarumpaet?
Berikut sederet faktanya yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber!
1. Berkecimpung di Dunia Seni Drama
Sempat belajar arsitektur di Universitas Kristen Indonesia, Ratna Sarumpaet justru lebih tertarik pada dunia seni drama.
Wanita berusia 70 tahun ini lalu dikenal sebagai penulis naskah dan sutradara drama.
Pada 1974, Ibunda Atiqah Hasiholan ini mendirikan teater bernama Satu Merah Panggung.
Pementasannya kebanyakan berisi tentang masalah kemanusiaan dan menuntut keadilan.
Salah satu pementasannya yang paling terkenal berjudul Marsinah Menggugat.
2. Penulis Skenario dan Sutradara Film
Selain drama, Ratna juga menggeluti dunia film.
Ia mengawali debutnya sebagai sutradara pada tahun 1991, lewat serial televisi Rumah Untuk Mama, yang tayang di TVRI.
Lalu pada 2007, ia menyadur naskah drama Pelacur & Sang Presiden ke dalam skenario film berjudul Jamila dan Sang Presiden.
Film ini ia sutradarai sendiri dan diperankan oleh putrinya Atiqah Hasiholan dan berhasil mendapat berbagai penghargaan di festival film internasional.
Tahun 2010, Jamila dan sang Presiden diterima oleh panitia Academy Awards ke-82 sebagai wakil Indonesia dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.
3. Aktivis HAM
Wanita kelahiran Tapanuli Utara ini juga dikenal sebagai seorang aktivis HAM.
Di tahun 1997 silam, ia memutuskan untuk melakukan perlawanan.
Ratna menghentikan sementara kegiatannya sebagai seniman dan mengumpulkan 46 LSM lalu membentuk aliansi bernama Siaga.
Organisasi ini merupakan yang pertama menyerukan agar Soeharto lengser.
Setahun kemudian ia mendapatkan penghargaan Female Human Rights special Award dari The Asian Foundation For Human Rights di Tokyo, Jepang.
4. Mendirikan Crisis Center
Kiprah Ratna sebagai aktivis tak berhenti sampai di situ.
Ia lalu mendirikan Ratna Sarumpaet Crisis Centre yang menangani masalah kelaparan, korupsi, hingga KDRT.
Ketika bencana tsunami menghentak Aceh dan Nias, RSCC dijuluki semua pihak sebagai kelompok paling militan.
Masuk paling awal mengevakuasi mayat dan berhenti paling akhir.
Tak heran jika kemudian RSCC dianugerahi Tsunami Awards pada 2005.
5. Penulis Novel
Tak hanya menulis naskah dan skenario drama serta film.
Mertua Rio Dewanto ini juga meluncurkan novel berjudul Maluku Kobaran Cintaku pada 10 Desember 2010.
Novel ini dilatarbelakangi kerusuhan antar agama yang pernah terjadi di Maluku tahun 1999-2004.
6. Ditangkap hingga Dipenjara
Sebagai seorang aktivisi yang vokal menyerukan keadilan, Ratna sangatlah akrab dengan penjara.
Beberapa kali ia ditangkap dan harus mendekam di sel.
Pada 1997, dia sempat dikurung ketat oleh kepolisian di sepanjang jalan Warung Buncit, di mana Ratna dan kawan-kawan mengusung sebuah keranda bertuliskan “DEMOKRASI”.
Karena hal ini Ratna dan kawan-kawannya sempat ditangkap dan diinterogasi selama 24 jam.
Maret 1998, ia ditangkap dan dipenjara selama 70 hari karena menyebarkan kebencian dan menghadiri pertemuan politik "anti-revolusioner".
Hal yang sama juga terjadi pada 2 Desember 2016 lalu.
Ratna ditangkap di sebuah hotel di Jakarta karena dicurigai menjadi bagian dari kelompok yang diduga merencanakan kudeta terhadap pemerintah Presiden Joko Widodo.
Namun ia dibebaskan keesokan harinya.
7. Juru Kampanye
Kini, ia tercatat sebagai satu juru kampanye pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto serta Sandiaga Uno.
Ia juga dikenal sebagai salah satu sosok yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
(Tribunnews.com/Fathul Amanah)