Fakta-fakta Kehidupan John Kei Si 'Godfather of Jakarta', Pembunuh yang Kini Bertobat di Penjara
Berikut fakta perjalanan hidup John Kei, sang tersangka pembunuhan keji yang kini telah berubah.
Penulis: Siti Nurjannah Wulandari
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUNNEWS.COM - John Refra Kei, Tersangka kasus pembunuhan Bos Sanex Steel Indonesia Tan Harry Tantono kini kembali jadi sorotan.
Sosok yang kerap disapa John Kei yang dulu dikenal kejam dan tak kenal ampun telah berubah menjadi sosok yang lebih baik setelah mendekam selama lima tahun di penjara Nusakambangan, Cilacap.
Jhon Kei kini telah mengubah tujuan hidupnya untuk menjadi pribadi yang berbeda saat keluar dari penjara.
Baca: Sel Khusus yang Menundukkan John Kei
Lalu bagaimana fakta-fakta kehidupan sang pembunuh keji, John Kei sebelum dibekuk dan ditetapkan sebagai tersangka hingga kini telah tobat?
Berikut Tribunnews.com himpun fakta-fakta kehidupan John Refra Kei dari berbagai sumber.
1. John Kei Berasal dari Maluku Merantau
John Refra Kei lahir pada 10 September 1969.
Saat usia 18 tahun, John Kei merantau ke Surabaya dan kemudian menuju ibu kota, tepatnya di kawasan Berlan, Jakarta Pusat.
Sejak saat itu, John Kei justru dipertuankan dan dipercaya oleh banyak orang.
2. Jadi Ketua AMKEI
Dilansir dari Kompas.com, John Kei kemudian menjadi Ketua Angkatan Muda Kei sejak tahun 1998.
Beberapa sumber menyebut jika organisasi itu dibentuk setelah kerusuhan di Tual, Pulau Kei pada awal tahun 2000.
Berawal dari seorang diri, John Kei akhirnya punya belasan ribu pengikut setia.
3. Berjuluk 'Godfather of Jakarta'
John Kei disebut-sebut memiliki bisnis jasa pengamanan, jasa penagihan, jasa konsultan hukum, dan pemilik sasana tinju Putra Kei yang memberi pemasukan pada keluarga John.
Namun kehidupan John Kei tidak bisa lepas dari catatan kriminal.
Bahkan John Kei sempat disandingkan dengan mafia di Italia dan diberikan gelar 'Godfather of Jakarta' karena bisnisnya seperti mafia.
4. Kasus John Kei yang Berurusan dengan Aparat
Dilansir dari Kompas.com, Pada tanggal 12 Oktober 2004, nama John Kei kembali dikaitkan dengan Basri Sangaji.
Basri tewas ditembak di bagian dada saat berada di dalam kamar 301 Hotel Kebayoran Inn, Jakarta Selatan. Di dalam kasus ini, John Kei lolos dari jeratan hukum karena tidak terbukti terlibat.
Pada tanggal 11 Agutus 2008, John bersama adiknya, Tito Refra, benar-benar harus hidup di balik bui di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya karena menganiaya dua pemuda
Pada 4 April 2010, massa Kei bentrok di klub Blowfish dengan massa Thalib Makarim dari Ende, Flores. Dua anak buah John tewas.
Perseteruan antara massa dari Flores dengan loyalis John juga kembali terjadi saat persidangan kasus Blowfish digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 29 September 2010.
Terakhir, John Kei berurusan dengan aparat pada kasus pembunuhan Tan Harry Tantono alias Ayung.
Ayung yang menjadi korban John Kei sempat menjadi sorotan saat dirinya muncul dalam kasus Hambalang dengan terdakwa mantan ketua umum partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Nyawa Ayung dihabisi di sebuah kamar hotel 2701 di kamar Swiss-Belhotel, Sawah Besar pada Selasa, 27 Januari 2012 lalu.
Ia ditemukan tewas dalam keadaan luka parah di bagian leher dan puluhan luka tusukan pada sekujur tubuhnya.
5. Vonis 16 Tahun Penjara
MA pun menjatuhi hukuman John Kei terkait kasus pembunuhan Ayung menjadi 16 tahun.
Vonis itu lebih lama dua tahun dari tuntutan jaksa.
"Diputuskan Rabu, 24 Juli 2013 lalu. Vonisnya 16 tahun penjara," ujar Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur melalui pesan singkat, Senin (29/7/2013).
Ridwan enggan menjelaskan alasan majelis memperberat vonis bagi John Kei.
6. John Kei di Mata Keluarga
Adik Kandung John Kei, Tito Kei sempat membagikan sikap John Kei di mata keluarga.
Tito membuka tanggapan dengan membantah semua kasus yang beredar terkait dengan John Kei.
"Terkadang ada adik-adik kita yang buat onar dan bilangnya anak buah John Kei. Padahal, sama sekali tidak disuruh, karena kadang mereka kesal kakak saya diapain, terus mereka tidak terima dan bertindak sendiri," ungkap Tito, Selasa (21/2/2012), dalam perbincangan dengan Kompas.com di Rumah Sakit Polri Soekanto, Jakarta.
"Coba saja yang kenal dekat dia. Pasti akan bilang dia orang paling baik karena dia sangat peduli dengan adik-adik atau orang-orang susah. Orangnya dermawan," tutur Tito.
7. Sisi Putih John Kei
Tito Kei menyebutkan jika kakaknya telah membangun sebuah gereja dan rumah pastor di kampung halaman mereka di Pulau Kei.
"Kami mulai dari nol. Tukang dan bahan semua kami bawa dari Jawa. Rencananya April 2013 akan pemberkatan gereja," imbuh Tito.
Gereja itu dibangun selama empat tahun dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Dana pembangunan didapat dari pemerintah daerah sebesar Rp 100 juta. "Tapi gereja itu biayanya miliaran, akhirnya kakak saya yang bantu semua," jelas Tito lebih lanjut.
Selain membangun gereja, John juga memutuskan untuk membantu 20 rumah warga di Pulau Kei yang masih beratapkan jerami.
Tito menjelaskan jika John juga sempat membantu Umar Kei, keponakan John Kei, dengan memberikan lampu-lampu taman di halaman masjid.
"Kalau ada yang bilang John Kei dan Umar Kei itu berseteru, itu tidak benar. Perseteruan itu hal yang biasa, tapi kami bisa rujuk lagi," pungkas Tito.
8. Berada di Penjara Khusus
John Kei ditempatkan di dalam satu kamar dengan kamera yang mengintai sepanjang waktu.
Selain semua aktifitasnya terpantau oleh kamera, ia juga dilarang berinteraksi dengan napi lainnya.
Ia juga dibatasi untuk keluar dari sel selama satu jam saja dalam waktu satu hari.
Kunjungan keluarga pun dibatasi di lapas Nusakambangan.
Hal itu harus dialami oleh John Kei selama masa tiga bulan.
9. John Kei Kini Telah Bertobat
Dilansir TribunWow.com dari Nawalaksp.id, Selasa (12/11/2018), John Kei mengaku menghabiskan waktunya dengan membaca dan beribadah.
“Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusa Kambangan membawa Tuhan hadir di diri saya,” kata John Kei.
Ia pun mengaku menyesal dengan perbuatannya dan ingin menghapus masa lalunya tersebut.
Dirinya juga ingin mendekatkan diri pada Tuhan dan meminta bantuan dari Tuhan agar mampu bertahan di masa hukumannya.
“Kalau saya mati, saya mau masuk surga. Bukan masuk neraka kerena bunuh diri,” katanya.
Meskipun baru menjalani lima tahun hukuman penjara, John Kei mengaku sudah banyak perubahan terjadi di dirinya.
John pun kini menjadi pengkhotbah dan memberikan pencerahan bagi narapidana lainnya.
“Saya ingin menjadi manusia baru ketika saya keluar dari penjara. Saya menyerahkan hidup saya pada Tuhan,” pungkas John Kei.
(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari)