Asal Mula Sekaten, Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta dan Surakarta
Sekaten yang menjadi tradisi perayaan Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta dan Surakarta berasal dari bahasa Arab syahadatain.
Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Fathul Amanah
Hal itu dapat menarik masyarakat berduyun-duyun datang ke halaman masjid untuk mendengarkan gamelan.
Saat itulah khutbah-khutbah mengenai keislaman juga disiarkan.
Baca: Vicky Shu Takjub Lihat Pasar Malam Sekaten Saat Jalan-jalan di Solo
Dilansir Tribunnews.com dari Karatonsurakarta.wordpress.com, Sekaten merupakan perimbangan dari tuntunan dan tontonan.
Sekaten diadakan sebagai penghormatan terhadap lahirnya tuntunan bagi manusia.
Penghormatan itu perlu didengungkan terus-menerus ke pelosok masyarakat sampai kapanpun juga.
Masyarakat yang datang ke Sekaten tidak lain hanya ingin mendapatkan pencerahan (berkah) dari tuntunan.
Tuntunan yang terbukti membawa manusia hidup dalam kebahagiaan lahir batin.
Semangat perayaan Sekaten tak lain sebuah peringatan kepada manusia untuk dapat hormat-menghormati satu sama lain.
Sekaten juga menjadi peringatan bagi manusia untuk dapat mengakui ide-ide orang lain.
Juga bisa mengakui kesalahan dengan Legawa dan menerima kemenangan dengan syukur dan takwa serta tidak takabur.
Sebenarnya, orang-orang yang mendatangi Sekaten pada dasarnya adalah mereka yang mau diatur oleh tuntunan.
Serta menghambakan diri kepada Tuhan , menuju manusia sejati sebagaimana yang diharapkan para Wali.
Nyatalah bahwa perayaan Sekaten diperuntukkan bagi mereka yang menghendaki tuntunan.
Hal itu memang dikehendaki oleh para Wali Songo.
Baca: Walikota Yogyakarta Hentikan Operasional Bianglala Sekaten Pasca Insiden Terbaliknya Gerbong Wahana