Status Gunung Anak Krakatau Meningkat, Kepala BMKG Imbau Warga Jauhi Pantai Selat Sunda
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati berharap informasi hoax terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau dapat ditangkal sehingga masyarakat tidak resah.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengunjungi Media Center Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda, di Labuan Pandeglang Banten, Rabu (26/12/2018).
Pada kesempatan tersebut, Kepala BMKG Dwikorita melakukan koordinasi dengan Kepala BNPB, Bupati Pandeglang, Basarnas, TNI/Polri, dan berbagai pihak terkait lainnya.
Selain itu, Dwikorita juga menyempatkan diri menjawab berbagai pertanyaan dari media terkait informasi hoax yang beredar di masyarakat.
Dikutip dari laman resmi BMKG, melalui media ini, Dwikorita berharap informasi hoax tersebut dapat ditangkal sehingga masyarakat tidak resah.
Baca: Berikut Perbedaan Letusan Gunung Tambora di Abad ke-19 dan Gunung Krakatau yang Guncangkan Dunia
Baca: Gunung Anak Krakatau Berstatus Siaga, Aktivitasnya Mulai Meningkat Sejak Juni 2018
Baca: Status Gunung Anak Krakatau Naik Siaga Level III
Dwikorita juga mengingatkan kepada masyarakat untuk menjauhi pantai di Selat Sunda lantaran erupsi Gunung Anak Krakatau sampai saat ini berada pada level Siaga.
Gunung Anak Krakatau berubah menjadi status siaga pagi ini, Kamis (27/12/2018) dan sudah menunjukkan aktivitas sejak Juni 2018.
Berdasarkan laporan dari aktivitas vulkanik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Gunung Anak Krakatau sudah berubah menjadi siaga level 3.
Dilansir Tribunnews.com dari TribunJakarta.com, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar mengatakan, Gunung Anak Krakatau rupanya sudah menunjukan aktivitas sejak bulan Juni 2018.
"Aktivitas Gunung Anak Krakatau memang beberapa hari ini meningkat dari tanggal 29 Juni 2018 mulai aktivitasnya begitu menonjol sampai sekarang," ujar Rudy di pos pantau Pasaruan, Kabupaten Pandeglang, Kamis (27/12/2018).
Hingga, pada tanggal 22 Desember 2018, aktivitasnya semakin meningkat dan melakukan erupsi sehingga menyebabkan tsunami dan gelombang pasang hingga tanggal 24 Desember 2018.
"Tanggal 22-24 Desember, hembusan letusan terjadi dengan amplitudo yang cukup tinggi overscale kemarin saya dapat laporan ada di 25 mili amplitudonya," jelas Rudy.
Namun, ia menerangkan status siaga tersebut masih dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Sewaktu-waktu bisa berubah, kita selalu membaca ini.'
"Kami dari sisi vulkanologi terus meningkatkan kapasitas yang ada dioptimalkan di sini."
"Mungkin kalau berapa hari sudah tenang, besok atau lusa kita akan tambah seismograf di pulau-pulau sekitarnya," papar Rudy.
Untuk arah mata angin, lanjut dia, di sekitar Gunung Anak Krakatau masih menunjukan angin sedang yang mengarah Timur Laut.
Rudy juga meyakinkan dari sisi penerbangan, kawasan sekitar Gunung Anak Krakatau masih aman untuk dilalui pesawat terbang.
"Untuk penerbangan masih aman, saya dengar juga Cengkareng juga sudah waspada. Kita terus bekerjasama dengan BMKG arah anginnya kemana," tutur Rudy.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.