Ario Bayu Memilih Kendaraan Bukan Berdasarkan Hobi
Ario Bayu pernah mengendarai Vespa tatkala memulai karirnya di dunia seni peran. Bukan karena suka dengan bentuknya unik dan klasik.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Motor dan mobil mewah harga miliaran atau klasik buatan zaman bahela yang semakin langka, bukan sekadar alat transportasi semata untuk sebagian kalangan tertentu. Tetapi, sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Ada kebanggaan tersendiri ketika mengendarainya.
Makanya, banyak komunitas-komunitas pemilik kendaraan mewah atau klasik yang bermunculan untuk menyalurkan hobinya. Tapi, tidak demikian dengan Ario Bayu. Baginya, motor atau mobil dengan jenis, merek dan harga semahal apapun tetap saja sebagai alat transportasi mendukung mobilitasnya.
Ia pernah mengendarai Vespa tatkala memulai karirnya di dunia seni peran Tanah Air. Ia membelinya sekitar tahun 2005. Alasannya sangat sederhana. Bukan karena ia suka dengan Vespa yang bentuknya unik dan klasik. Tetapi, harganya cukup murah.
"Ya, daripada beli Vario yang harganya Rp 12 juta, Vespa cuma Rp 3 jutaan. Bukan karena hobi Vespa, tapi itu jadi transportasi saya. Cuma, ya emang keren saja, murah," ucapnya, Kamis, (29/8/2013), di Grand Hyatt, Jakarta.
Namun, Vespa miliknya itu sekarang tidak lagi digunakannya untuk bepergian seperti beberapa tahun silam. Sebab, kondisi mesinnya rusak. Lagipula, bintang film "Java Heat" itu, sudah punya kendaraan roda empat.
"Pas punya mobil saya enggak pernah pakai Vespa. Lagi rusak," ucapnya.
Ia enggan membicarakan mobil yang dimilikinya. Wajahnya masam tatkala ditanya merek mobil yang kini ditungganginya. Pria kelahiran Jakarta, 6 Februari 1985 itu, menganggap bahwa mobil sekadar alat transportasi belaka. Tidak lebih.
Aktor yang mengawali karirnya di dunia film Indonesia lewat "Bangsal 13" itu, rupanya tipikal orang yang fungsional. Ia membeli barang berdasarkan kebutuhan. Ia bahkan enggan berpikir membeli mobil mewah seharga miliaran seandainya kelak punya duit banyak.
"Ini materialisme, bukan kebutuhan," tandasnya.