Pak Raden Harapkan Hal Ini Kepada Jokowi, Tapi Tidak Kesampaian
Masih ingat di benak bagaimana Pak Raden berjuang mencari biaya pengobatan penyakitnya.
Editor: Rendy Sadikin
Dalam pementasan wayang orang dan wayang kulit gaya Surakarta, adegan "Perang Kembang" selalu ditampilkan dan menjadi adegan favorit bagi penonton karena indah, seru, dan menghibur.
Ingin terbitkan buku
Selain uangnya akan dipergunakan untuk biaya berobat, Pak Raden berencana menggunakan uang hasil penjualan lukisannya untuk menerbitkan tiga buku anak-anak tentang pewayangan.
Buku pertama berisi pengenalan wayang orang kepada anak-anak melalui anak perempuan yang bernama Suti.
Buku kedua tentang pengenalan wayang kulit kepada anak dengan tokoh utama bernama Trimo.
Trimo merupakan siswa SD inpres yang memiliki bapak dengan profesi sebagai dalang dan ia selalu membantu pementasan bapaknya serta buku ketiga bercerita tentang tokoh bernama Sumantri.
Buku itu berkisah tentang persahabatan dan cinta Tanah Air.
Mendongeng PNS DKI
Seusai bertemu Basuki, Pak Raden mendongeng di selasar Balai Kota.
Aksinya menarik perhatian wartawan, pegawai negeri sipil (PNS) DKI, dan beberapa warga di tempat itu.
Pak Raden membawakan cerita berjudul "Mari Buka Celana" dan "Bersyukur". Dongeng "Mari Buka Celana" bercerita tentang seorang ibu yang memiliki lima orang anak yang bernama Maribu, Marika, Marice, Marila, dan Marina.
Adapun dongeng "Bersyukur" bercerita tentang seorang nenek yang sudah tidak memiliki kaki secara lengkap, tetapi nenek tersebut tak pernah lupa untuk bersyukur dan mengucap syukur.
Pada kesempatan itu, Pak Raden juga meminta izin untuk mengamen dan menawarkan lukisan terbarunya. Pak Raden wafat pada usia 82 tahun di Rumah Sakit Pelni, Petamburan, Jakarta Pusat, Jumat (30/10/2015) malam.