Seperti Apa Sih Scene Film 'Cek Toko Sebelah'? Ini Dia Penuturan Sang Sutradaranya
Film ini bercerita tentang seorang bapak, Koh Afuk (Chew Kin Wah), yang ingin mewariskan toko kepada anaknya.
Editor: Choirul Arifin
Sementara bapaknya Yohan, Koh Afuk kan pernah merasakan kerusuhan 98. Nah, Koh Afuk kurang setuju tuh sama pilihan Yohan menikah sama pribumi. Itu ada, walaupun enggak kita jadikan inti cerita. Itu kita jadikan warna di film ini.
G: Lo sudah berhasil membuat film pertama, merasakan segala proses dan hasilnya. Kira-kira apa yang berbeda dari film kedua lo?
E: Pada saat Ngenest itu gue sama sekali buta soal sinematografi—like literally buta. Gue baca buku.
Tapi hal-hal sesimpel apa efek dari track-in dan track-out aja gue enggak tahu. Co-dir gue pernah nanya, “Ini mau track-in apa track-out?” Gue malah nanya balik, “Apa bedanya?” [Tertawa].
Baru setelah selesai Ngenest gue belajar lagi tuh. Kayak di YouTube kan ada video macem Every Frame is Painting kan—itu gue tonton satu-satu.
Dan dari situ, ternyata gue belajar banyak. Jadi untuk film kedua ini, gue udah ada kemajuan lah. Paling enggak, sekarang gue udah punya visual-treatment.
Gue udah nentuin tracking-nya kayak gimana, detail foreground dan background-nya, dan lain-lain. Semuanya pun ada alasannya.
G: Setelah melalui itu semua, buat lo film yang baik itu kayak gimana sih?
E: Pertanyaannya simpel, tapi jawabnya susah. Gue mungkin jawab dari dua segi kali ya.
Pertama, kalau terkait idealisme, film yang baik adalah film yang hasil akhir sama ide awal itu sejalan. Kayak misalnya gue nonton Selamat Pagi, Malam. Itu menurut gue, Lucky [Kuswandi] dari awal ya pasti membayangkannya begitu—se-raw dan uncomfortable itu.
Kedua, kalau dari segi lebih umum, menurut gue ... Ini beda nih. Biasanya kan sutradara itu paling sebel kalau ditanyakan soal pesan moral.
"Kenapa sih harus ada pesan moral?" Menurut gue, pesan moral itu memang enggak harus. Tapi kan lo bikin sesuatu yang effort-nya minta ampun capeknya, dan berpotensi ditonton jutaan orang.
Kalau bisa ada pesan yang baik, ya why not?
Pewawancara: Raksa Santana/Sumber: Ruang Gramedia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.