Mulai Malam Ini Bentara Budaya Gelar Pameran Kartun 50 Tahun Kesaksian Oom Pasikom
Tahun ini adalah tahun ke-50 kehadirannya di Harian Kompas. Untuk menandainya, Bentara Budaya memamerkan karya-karya kartunnya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika Anda pembaca setia Harian Kompas, pasti kenal Oom Pasikom, figur kartun besutan GM Sudarta yang selalu hadir setia menemani pembaca koran tersohor ini.
Sejak dimuat perdana di Harian Kompas pada April 1967, sosok berjas tambalan dengan topi pemain golf ini tidak pernah luput merespon aneka soal yang terjadi di dalam maupun luar negeri.
Oom hadir dengan bahasan mulai dari politik sampai kasus besar seperti korupsi, perkembangan sosial budaya kita, atau masalah krusial lain di bidang hukum, ekonomi maupun pendidikan.
Tahun ini adalah tahun ke-50 kehadirannya di Harian Kompas.
Untuk menandainya, Bentara Budaya memamerkan karya-karya kartunnya.
Pameran yang bertajuk “50 Tahun Kesaksian Oom Pasikom” ini berlangsung 9-15 Mei 2017.
Pameran akan secara khusus diresmikan oleh Tokoh Senior Kompas, August Parengkuan pada Selasa, 9 Mei 2017 pukul 19.30 WIB.
Adapun sejumlah 120 kartun GM Sudarta yang dipamerkan merupakan sepilihan karyanya yang terbit di Harian Kompas dari 1967 hingga kurun terkini di tahun 2017.
Sebagaimana tertuang dalam esai kilas balik proses berkaryanya, GM Sudarta senantiasa memegang teguh nasihat Jakob Oetama sebagai kredonya dalam menyampaikan kritik lewat karikatur:
“Kita tidak ingin mengubah pendapat seseorang atau untuk revolusi, kita hanya ingin menyampaikan misi perbaikan. Masalah nantinya bisa baik atau tidak bukan tanggung jawab karikaturisnya, melainkan tanggung jawab penguasa.”
Bagi GM Sudarta, nasihat ini sejalan juga dengan pendapat Corky Trinidad, kartunis “Honolulu Star”, yang pernah ditemuinya, bahwa kartunis harus berdiri di luar pagar, mengawasi mana dan siapa yang tidak beres.
Juga senada dengan Patrick Oliphant, mengatakan bahwa kartunis ibarat anjing penjaga, yang memberi early warning, kalau ada kucing yang mengendap-endap mau menerkam seekor burung.
Adapun kemudian GM Sudarta menambahkan, yang paling tepat adalah pendapat Profesor Yasuo Yoshitomi, guru besar Kyoto Seika University: dengan kartun kita berteriak dalam bisikan bahwa ada yang perlu diperbaiki, sebelum kita terlambat.
Kartunis GM Sudarta lahir di Klaten, 20 September 1945, sempat meneruskan pendidikan di ASRI Yogyakarta. Semasa kuliah, dia giat melukis dan menjadi kartunis di Majalah Merah Putih, Jakarta 1966.
Di tahun yang sama, dia bekerjasama dengan Pramono dalam mendesain diorama Monumen Nasional. Kehadirannya menghisi kolom karikatur di Kompas diawali sejak 1967, dan dia meraih Penghargaan Adinegoro pada tahun 1983 dan 1984. Selain muncul di media massa, karyanya juga telah dibukukan ke dalam Indonesia 1967 – 1980 Kumpulan Kartun (1980), Humor Reformasi (1995), 40 tahun Oom Pasikom (2007), dan lain sebagainya.
Pameran ini juga diperkaya dengan sesi diskusi yang mengulas makna 50 tahun kehadiran Oom Pasikom, digelar pada Senin, 15 Mei 2017 pukul 15.00 WIB, menghadirkan pembicara Seno Gumira Ajidarma (Sastrawan dan Rektor Institut Kesenian Jakarta), Mudji Sutrisno (Budayawan) dan Trias Kuncahyono (Wartawan Kompas).
Informasi lebih lanjut mengenai acara, silakan menghubungi Bentara Budaya Jakarta (021) 548 3008 ext 7910 – 7913, atau kunjungi www.bentarabudaya.com.